Kamis, 25 Oktober 2012

48 HOURS - CHAPTER 9



Di depan mesin Dance Revolution, Sehun menyipitkan matanya dan berbalik, "Jangan menyerah padaku." Katanya.

Dengan kepala menghadap ke depan, Luhan mengatakan, "Itu mungkin bisa jadi alasan yang bagus. Jika kau menang, tolong nanti beritahu orang-orang bahwa aku menyerah padamu dan bukan karena aku bermain dengan buruk."

"Kau akan menghadapi kematian. Bisakah kau jangan bercanda seperti anak kecil?" Cemberut Sehun.
"Siapa bilang aku akan mati," Luhan mencoba pemanasan, "Meskipun aku hanya beberapa tahun lebih tua dari kau, bukan berarti aku tidak lincah memainkan ini."

"Kau adalah senior yang paling tidak tahu malu yang pernah kutemui." Sehun menggelengkan kepalanya.
"Dan kau, kau adalah si bungsu yang paling sombong yang pernah kutemui." Luhan tersenyum sambil memberikan komentar.

"Apakah kita bisa memulainya?" Luhan berpaling pada Sehun, "Sebaiknya kau melakukan yang terbaik karena belum pernah ada yang menang melawanku dalam permainan ini."


"Tidak pelu kau katakan." Sehun menghindari kontak mata, "Mengapa orang tuamu mengirimmu ke Korea, bertemu denganmu adahal yang paling tidak beruntung yang pernah terjadi di dalam hidupku."
"Orang tuaku  tidak mengirim aku ke Korea," Luhan terkikik, “Mereka tidak menyetujui  jalan hidupku ini, aku datang atas kehendakku sendiri."

"Ha, itu pasti sudah ....." Sehun menundukkan kepalanya, kalimatnya menggantung. Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, dan Luhan menundukkan kepalanya turun juga.

Setelah beberapa detik keheningan, Luhan tersenyum dan berkata kepada Sehun, "Ketika kau  mendapatkan air nanti, jangan lupa untuk membuatkanku segelas Bubble Tea."

"Tapi tidak ada susu disini ......." Sehun mengatur pandangannya ke arah depan, "dan juga teh."
"Lalu ......." Luhan terus menunduk ,"Buatkan ketika kau berhasil keluar …" Luhan tersenyum sambil melepaskan cincin liebe (liebe dalam bahasa Jerman berarti sayang .. bisa diartikan sebagai cincin kesayangan) yang bisa dimainkan dari jari tengahnya ,"Cincin ini bisa berputar, kau bisa memainkannya."
Sehun mengambil cincin itu, "Kau belum bisa memecahkannya."

"Aku bukan ahlinya dalam memecahkan puzzle" Luhan tertawa, "Kau mainkan saja."
Sehun mengangguk dan menerimanya, memakainya di jari tengahnya.

Ada satu titik dimana hidup Anda akan mulai menghitung mundur dan Anda tidak akan pernah tahu.

Keduanya dengan sangat jelas  tidak memili petunjuk apapun tentang caranya bermain dance dengan metode berlutut ini. Meskipun dengan penuh ketakutan, mereka menggunakan tangan dengan menggantikan lutut untuk menutupi kesalahan gerakan tetapi irama gerakan mereka masih tetap berantakan. Bahkan tidak sampai setengah ronde,  kesalahan terus menerus terjadi dan menyebabkan layar monitor Sehun menyala dengan lampu merah dan kemudian disusul dengan lampu merah menyala di layar monitor Luhan.



"Luhan tidak bisa melanjutkan lagi." Yixing duduk di lantai dan menggelengkan kepalanya, "Dia terlihat kacau." Jongin yang berdiri di sisi yang berlawanan berteriak kepada Sehun, "Jangan panik!  Perlahankan gerakannya dan jangan dikacaukan!"


Mereka semua tampaknya membantu orang yang salah.



Mereka mencoba memperkecil kesalahan yang dibuat, keduanya mencoba mempertahankan posisi berlutut, terengah-engah dalam ketidakjelasan, bahkan mereka berusaha untuk tidak melepaskan pandangan mereka dari layar monitor sedetikpun. Musik yang aneh terdengar di seluruh sudut ruang tamu, situasi keduanya memburuk dengan cepat , kehidupan merupakan kesempatan terkecil dari sebuah kesalahan.

Semua orang mempertahankan diri dalam keheningan yang memecahkan telinga.

Tiba-tiba saja, Luhan berdiri dan mengubah metode permainannya, dengan menggunakan kakinya untuk pijakan. Dalam situasi yang kacau, keadaan berbalik dengan cepat menjadi lebih baik dan tingkat kesalahan level yang dibuatnya menjadi berkurang.
Memang, mesin Dance Revolution tidak mengetahui apakah lutut atau kaki yang digunakan dalam permainan ini.
Sehun berbalik dan terkejut melihat Luhan, tidak menyadari situasi , namun seiring ia bergegas menatap layar kembali, tingkat kesalahannya telah mencapai 0.

Lantai di bawah mesin Revolution Dance terbuka di kedua sisinya dan memperlihatkan sebuah lubang, tanpa persiapan dan aba-aba, Sehun jatuh langsung  dan sesaat kemudian aku mendengar sesuatu yang terbanting menabrak sesuatu dan...

"Ping! Bang! "

Layar monitor mesin dance revolution memperlihatkan kemenangan Luhan sementara sekarton air mineral diturunkan dari langit-langit, dan confetti yang mendarat di rambut Luhan.

"Sehun!!" Teriak Chanyeol ke dalam lubang yang gelap dan hitam.

Jongin berlari menuju Luhan yang terpuruk di lantai mengangkat  kerahnya dan mengirimnya pukulan secara bertubi-tubi.Terkejut dan mengambil dua langkah mundur, darah mengalir keluar dari sisi mulut Luhan. 

"Bajingan munafik." Kata Jongin melalui gigi terkatup nya, berjalan menuju ke ruang bawah tanah.

Aku memasuki ruang bawah tanah, Chanyeol dan Baekhyun telah membawa obor, satu langkah di depanku, menelusuri. Tercium bebauan yang melintas di sekitar kami.
Hanya mengandalkan pada cahaya obor yang sangat lemah, ia menemukan Sehun terbaring di bawah mesin dance revolution. Di samping tempat jatuhnya Sehun, terdapat trampoline yang salah dalam penempatannya. Dia pasti jatuh dan kakinya terhantam ke trampoline sebelum kepalanya jatuh terlebih dahulu membentur sudut tajam dari kaki trampoline dan mendarat dengan kepalanya membentuk genangan darah dan tidak bernapas.

Luhan yang berdiri di sampingku berteriak histeris dan menyarankan, "Kita harus membawanya keluar terlebih dahulu."

Aku menoleh pada Luhan, "Dia sudah mati."

"Tapi disini, suasananya tidak bagus ......." Luhan melanjutkan, "Sehun sedang  flu ....."

Yixing berjalan menuju Luhan dan berjongkok, memberikan Luhan yang gemetaran sebuah pelukan.
 


"Luhan, ayo kita pergi.” Kata Tao berusaha membuat Luhan berdiri di atas kakinya yang mati rasa dan goyah, tetapi  ia didorong oleh Luhan, mencoba untuk memindahkan mayat Sehun.

"Luhan!" Tao meneriaki Luhan supaya tersadar, "Dia sudah mati."

Seolah-olah tidak mendengar orang lain berbicara, Luhan mencoba mengangkat Sehun dalam keadaan panik. Yixing menatapnya, meninggalkan ruang bawah tanah hanya untuk kembali lagi. Dia berjalan ke arah Luhan, memaksa Luhan untuk membuka mulutnya dengan menggunakan dua jari tangan dan memaksa Luhan untuk meminum seluruh isi botol alkohol yang dibawakannya.

Setelah menenggak setengah botol alkohol, "Apakah itu cukup?" Yixing menatap, seiring  tetes kecil alkohol tersembur dari mulut Luhan.

Mengangkat kepalanya, Luhan membelalakkan matanya dan bertanya pada Yixing, "Apa yang terjadi? Apakah pesawat belum lepas landas?"

Yixing menundukkan kepala dalam keheningan di sampingnya, mencoba memapah Luhan yang tengah mabuk dalam posisi horisontal dan membawanya keluar dari ruang bawah tanah.

Sore itu merupakan sore yang panjang, aku lupa di mana kami berada, alasan kami bermain game ini dan apa yang sedang menunggu kami di akhir.

Jam di dinding perlahan menunjukkan panahnya ke angka 4. Chanyeol dan Tao meregangkan kaki mereka yang ramping di sofa panjang dan jari-jari tangan mereka yang terkena noda. Baekhyun memainkan sebotol anggur kosong sementara Yixing merebahkan dirinya di karpet, membiarkan rasa sakit yang muncul dari cedera pinggangnya, Jongin tampak persis seperti  apa yang aku lakukan kemarin, baru saja terbangun dari tidur yang panjang dengan wajah tanpa ekspresi, menatap keluar jendela.

Luhan tidak lagi terlihat serius, dia tersenyum seperti orang bodoh dalam tidurnya sementara aku bertanya-tanya tentang apa yang diimpikannya.

"Menurut kalian apa yang disimpang di dalam brankas ini?" Baekhyun bertanya sambil menatap penuh kerinduan pada brankas dengan kubus rubik yang menggantung.

"Siapa yang tahu, kau harus tanya Luhan." Kata Tao.

"Mungkin disitu terdapat password untuk membuka pintu." Kata Chanyeol dengan optimisme yang sama seperti dulu.

"Mungkin juga ada bom di dalamnya." Jongin memiringkan kepalanya dan terus melihat keluar jendela.
Aku berdiri dan terhuyung-huyung menuju toilet, aku menolak untuk mengakui tingkat toleransi terendahku pada kehausan, Yixing yang tetap berbaring di karpet mengalami dehidrasi yang tinggi dari anyaknya keringat yang ia keluarkan sebelumnya.
Sebelum Luhan terbangun, Jongin tampaknya berperan menjadi leader di timnya, dia dan Chanyeol membawa air ke lantai 2 dan Tao telah pergi untuk ikut meminumnya juga. Sebelum mendapati diriku mabuk atau beralih untuk meminum urineku sendiri, mungkin aku harus berlutut mengemis ke  Jongin untuk sedikit air dan kemudian meminta  dia untuk membunuhku juga secara langsung di rumah ini.

Dua jam kemudian, Luhan akhirnya terbangun. Dengan tangannya memegang dan mengusap rasa sakit di bagian belakang kepalanya dan tanpa emosi terlihat di matanya, ia tidak mempertanyakan keberadaan Sehun. Dia tampaknya tidak jadi gila atau amnesia ingatan dan seperti manusia lainnya, ia melewati beberapa perubahan, namun masih mempertahankan hidupnya.

"Air ada di atas," kata Jongin ke Luhan.

Aku melirik Jongin sebelum mondar-mandir berjalan ke arahnya dengan susah payah, dan berlutut di depannya.

"Berikan kami air, sedikitpun tidak masalah." Mataku terpaku ke tanah.
Seperti yang sudah aku duga, aku tidak mendapatkan jawabannya.

"Yixing sudah tidak bisa bertahan lagi." Kataku dengan kepala menunduk.

"Ha," Suara yang berasal dari atas diarahkan kepadaku, "Jika aku memberikan secangkir air padamu, kau akan memberikan kepadanya?" Suaranya dipenuhi dengan penghinaan. "bajingan munafik lainnya."
Aku tetap menatap lantai, bahkan untuk mengangkat kepalakupun sangat sulit.

Di dalam keheningan yang cukup lama, Tao berdiri dan berjalan menuju tangga. Jongin mencegahnya dengan satu kaki, melarang Tao melakukan sesuatu tanpa bicara.

"Itu bukan airmu." Kata Tao.
"Kau benar, itu adalah air yang dimenangkan Luhan." Kata Jongin dingin, "Dimenangkan dengan kecurangan."

"Luhan!"  Tao berteriak ke belakang dan berteriak hanya untuk mendapatkan responnya.
Yixing yang masih tergeletak di lantai menutupi kepalanya dan berkata dengan suara serak dalam bahasa Cina, "Lupakan saja, Tao."

Aku berjalan ke Luhan dan bertanya, "Berikan kami air."

Setelah membeku di tempat selama beberapa detik, ia berkata, "Baiklah kalau begitu kita melakukan pertukaran beberapa makanan dengan air."

"Makanan apa?" Tanya Chanyeol.
"Sandwich yang ada di lemari es." Kata Luhan tenang.

Original Fanfiction  written by 辛辛息息
English Translation by heecupsflyingbacons and wasabilxx 
Indonesian Translation by DEETORIA with citrahf and seoulofheart 
This chapter was edited by  seoulofheart and citrahf


Do not reupload, do not repost, respect copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^

8 komentar:

  1. Ditunggu kelanjutannya yah'-')/ FFnya keren banget. Seru pokoknya. Ini ampe chap brp yah? *kepo

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampai chapter 21, belum termasuk epilog, final parse, extra chapter... perjalanan masih panjang! kk ^_^

      Hapus
  2. >.< omigosh ! yaowloh bantuin merekaaa :s

    BalasHapus
  3. Astaga karakter luhan ama kai kok begitu. -,-
    Tp keren kok ff nya.
    Makasih banyak udah translate ke bahasa indonesia. ^^

    BalasHapus
  4. gara gara ancaman kematian semua orang bisa jadi kaga akur ya?

    BalasHapus
  5. Laki gua meninggal dichap ini ToT #lirikSehun..

    BalasHapus
  6. Gila ini ff bikin ane tegang

    BalasHapus