Minggu, 21 Oktober 2012

48 HOURS - CHAPTER 7



Hari itu adalah hari yang disinari matahari, bunga dan tanaman di luar jendela mekar  seolah-olah memamerkan kebebasan mereka hidup, menjengkelkan. Di bawah peringatan countdown timer yang terus berdetik, kehidupan kami nampaknya menguap ke dalam keadaan sekitar rumah yang penuh warna.

2 jam kemudian, Luhan menuruni tangga.
"Terima kasih," Aku menggumam sembarang, kutahu ia akan mengerti.
"Mengapa begitu formal mengucapkannya." Ia benar-benar menunjukkan ketidaktertarikannya menghampiriku dan malah mendekati Sehun di pojokan yang sejenak menyipitkan mata kecilnya dan mengulaskan sebuah senyum.
"Apakah kau baik-baik saja." Luhan berjalan mendekat dan mengusap rambutnya.
"Perutku sedikit tidak nyaman." Sehun mengusap lambungnya, matanya tetap terpaku pada wajah Luhan.
"Itu karena kau minum minuman keras dengan perut kosong, kau perlu makan sesuatu, oh? Bukankah kau..... " ia berbicara dan menoleh kepadaku ," Bukankah kau punya makanan? "
Sehun mengusap perutnya dan berbisik ke telinga Luhan, Luhan tampak tenang dan ia berkelebat tersenyum. Sehun buru-buru menyeretnya ke dapur, mungkin untuk memberinya makan sandwich lagi.

Aku menunduk, ia memiliki popularitas yang begitu dahsyat, jika aku berada dalam kelompok itu, akankah si dungu linglung yang saat ini berada di sampingku memberi tahuku tentang makanan? Aku melirik Yixing, yang tertidur sebelum dia punya waktu untuk menyisir rambutnya yang sekarang menyerupai sarang burung yang acak-acakan, tangannya dimasukkan ke dalam saku dan meringkuk, menatap kosong ke lantai. Aku bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkannya.

Karena ia telah memberitahu Luhan, dia mungkin...... akan memberi tahuku juga. Aku menghibur diri dengan pertanyaan dan menjawabnya sendiri, aku akan memperlakukan dia lebih baik nanti.


Chanyeol menuruni tangga, ekspresinya tidak menyenangkan seperti biasanya.
"Bagaimana ?" Aku menempatkan lenganku di bahunya, "rap yang akan kita rekam untuk MV hari ini, sudah kau hafalkan semua?"
Dia mengangkat matanya yang besar, menatapku  tapi tetap diam.
“Kau tidak perlu merasa bersalah. " Aku menatapnya, " Kau harus belajar dari Luhan, bagaimanapun juga ini hanya permainan. "kataku menunjuk ke dapur.

Dia menunduk, seperti merenungkan sesuatu,  kaku dan setelah beberapa saat, ia mengangkat kepalanya, "Aku tidak ingin membunuh siapa pun."
"Begitu juga aku" kataku, "Kalau begitu kau ingin hidup?"
Dia berpikir tentang hal itu dan menganggukkan kepalanya penuh semangat.
"Membunuhku atau sekarat, mana yang akan kau pilih?" Gurauku.
Dia mematahkan sejenak kesunyian dan berkata, "Bagaimana denganmu, membunuh Yixing atau mati, mana yang akan kau pilih?"
Aku melirik pada Zhang Yixing yang masih linglung itu, jiwanya tampaknya telah pergi. Aku menepuk bahu Chanyeol dan mendekatkan telinganya padaku , "Aku tidak bisa dibandingkan denganmu, aku orang yang jauh lebih narsis.”
"Jika ini adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, aku lebih baik mati." Dia berdiri di belakangku. Aku menunduk dalam penyesalan, pemikiranku yang seperti itu, telah menghilang sejak aku berusia sepuluh tahun.
Aku tersenyum dan berbalik untuk memandangnya, "Itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan" Kataku dan pergi memunggunginya.

Pada tengah hari, semua orang beristirahat tak beraturan di ruang tamu, kehausan telah mengambil alih kekuatan kami untuk berbicara.
Tao menghabiskan satu botol anggur penuh, menatapku dengan matanya yang dipaksakan terbuka dalam keadaan mabuk dan pusingnya.
Chanyeol dan Baekhyun berbaring di sofa, mengamati ramalan garis tangan mereka, Chanyeol berseru dengan berlebihan bahwa ia akan kena perampokan tahun ini.
Yang mengingatkanku , tahun ini adalah tahun coming of age*-ku, Luhan juga.
"Berhenti menatapku, aku tidak mengenakan pakaian dalam warna merah**." Suaranya terdengar meskipun ia memunggungiku, sepertinya tahu aku sedang memikirkan sesuatu.
"Hyung apa yang kau bicarakan?" Sehun menyandari Luhan dan bertanya.
"Aku bilang aku tidak beruntung tahun ini." Dia mendekat ke telinga Luhan .
"Kau akan bertahan hidup." Kata Sehun sambil memicingkan matanya.
Luhan tertawa, "Aku akan berusaha sebaik mungkin."
"Jika aku mati akankah kau marah?" Sehun menengadah.
Luhan mengangkat lengannya perlahan dan membelai rambut Sehun.
"Aku belum pernah melihat rumahmu di Beijing." Sehun menundukkan kepalanya lagi dan menggesekkan jari-jarinya.

Aku melihat mata Luhan yang mengalihkan perhatiannya ke jendela, mencoba untuk mengeluarkan kata-kata namun menelannya kembali. Aku tahu Luhan mirip denganku, bukanlah tipe orang yang sering menelpon orangtuanya di rumah.

Berteman dengan Luhan terjadi pada tahun 2008.

Dia keliru menandatangani kontrak karena banyak alasan yang tidak tepat, di dalam dua tahun masa penantiannya ia memikirkan cara yang tak berujung untuk bergabung dengan perusahaan lain. Tepat di akhir ketika ia di ambang keputus asaan, sebuah kesempatan jatuh tepat di depan matanya. Setelah debut, kami sepakat satu sama lain untuk bungkam mengenai prosedur yang ia lalui untuk memasuki perusahaan ini, sejujurnya aku tahu, waktu ia mempersiapkan diri memakan waktu yang lebih lama dibanding siapapun.
Baik Yixing maupun aku mengikuti audisi sebelum datang ke Korea tapi baginya, ia datang untuk menanti dan audisi.

Masuk ke perusahaan ini mulus baginya, fasih berbahasa Korea yang lebih baik daripada orang lain, di samping bakatnya yang sangat unik, berteman dengan banyak orang. Awalnya, aku belum menyukainya, dalam daftar panjang teman-temannya, aku tampak seperti satu-satunya pengecualian. Kami berbagi bahasa  yang sama, teman yang sama yaitu Yixing, kami adalah dua orang yang harusnya bisa berteman baik namun entah bagaimana malah berkembang menjadi saling pura-pura menghindari.
Semenjak debut, dia memakukan label “menggemaskan” .  Dengan kemampuan adaptasinya yang begitu luar biasa, dari aturan permainan hingga memanfaatkan mereka, tak disangka ia mempelajarinya secepat itu. Memiliki penampilan dan popularitas yang tidak  mudah dibayang-bayangi olehku dan fakta bahwa dia lebih tua dariku, memberi kami tingkat kerja sama yang abnormal.  Namun, kami tidak cocok dan dekat begitu saja, sebaliknya, aku senang bergaul dengan Tao yang mengidolakanku dan dia suka nongkrong dengan Yixing, dan saling mengejek satu sama lain.
Dapat dikira-kira, kita semua menikmati berteman dengan orang yang tidak muncul sebagai ancaman atau bahaya.
Luhan jarang pulang kampung atau bahkan menelepon, tidak seperti Yixing dan Tao yang selalu menelepon hampir setiap tiga hari sekali. Dia sangat mirip denganku dalam hal ini tapi kami tidak pernah membicarakannya. Sejujurnya, Luhan tidak memiliki kepribadian yang menggemaskan, ia benci menjadi cute dan aku tidak yakin apakah dia benar-benar mensyukuri wajahnya yang seperti itu. Secara pribadi, ia tidak berbicara banyak, aku sering mengamati saat ia merokok di sudut sepi, ia seorang perokok berat.

"Apakah kau akan pulang ke rumah bulan depan? Maukah kau membantuku membawa beberapa barang?" Ia jarang meminta bantuanku, makanya pertanyaannya ini meninggalkan kesan yang sangat mendalam.
"Apa? Jangan yang terlalu berat. " Kataku.
Tidak." Dia memberiku bungkusan putih "Ini bukan barang mahal, terima kasih mau kurepotkan."

Dia selamanya tampil sopan seperti itu, yang mungkin berhubungan dengan fakta bahwa aku tampil dengan sangat dingin.
Bungkusan itu adalah sepasang anting yang indah, aku memberikannya ke gadis itu tapi dia tidak tampak segembira seperti yang diharapkan.
"Terima kasih sudah memberikannya." Dia mengambil kotak anting itu tapi bahkan tidak meliriknya sebelum menaruhnya ke dalam tas.
"Apakah ....... tidak ada pesan yang ingin kau sampaikan untuk Luhan? "kataku canggung.
"Mintalah dia untuk ....... bekerja keras. " Wajah gadis itu tenang seperti air, " Juga, jangan beri aku barang-barang lagi ke depannya. "

Aku membawa kalimat itu denganku, tidak lebih. Saat Seoul musim gugur itu, aku masih ingat ekspresi jujur Luhan. Pada tahun-tahun berikutnya, Luhan mempertahankan keceriaannya, popularitasnya, dan bahkan kegilaannya .... Dia punya sahabat paling dekat bernama Oh Sehun,  sepertinya akan debut, ketenaran dan popularitasnya meningkat, namun demikian, ia bersembunyi di tempat dimana fans tidak dapat pergi, untuk melaksanakan kebiasaannya merokok.
Itu adalah perubahan-perubahan kecil, yang tidak terlihat seperti ekspresi yang baru saja ia gambarkan ... Aku tidak akrab dengan dia, tapi aku tidak pernah gagal untuk menyadari kesalahan-kesalahan kecilnya yang orang lain tak mampu lihat.

Mungkin, kami hanya semirip itu.

Oh sehun duduk di sudut ruang tamu yang diam-diam menatap dance machine*** di sampingnya. Tiba-tiba, matanya cerah.
Kedua Mesin revolution dance itu menyala, kedua mesin dance yang tidak tampak ada juga berbeda satu sama lain. Aku bergegas berdiri dan berjalan untuk melihat sebuah tanda yang digantung:

Dear boys,
Kalian ingin air?
Kalian harus berjuang untuk itu.
Kalian semua pandai menari. Pilih salah seorang dari tim kalian masing-masing!
            Orang yang menang mendapatkan air. Orang yang kalah akan mendapat hukuman .

"Sial!" Aku memenggam tanda tersebut dengan jiwa yang begitu bergolak dan melemparkannya ke arah dance machine itu, menendangnya secara liar dengan kakiku sementara Zhang Yixing datang dan memelukku dari belakang. "menyenangkan, hah!" Aku berbalik dan berteriak pada papan hitung mundur sebelum Yixing mendorongku ke sofa.
Dia terengah-engah dan menatapku  seperti yang kulakukan dan setelah beberapa saat aku mengakui kekalahanku sebelum mengangkat kembali kepalaku. Aku  kira aku baru saja menghabiskan air liurku yang terakhir, aku tidak mau berbicara lagi.

Semua orang terdiam, meskipun menari aslinya memang pekerjaan kami, tapi dehidrasi membuat kami kehilangan kekuatan untuk menari. Selain itu, adanya hukuman kecil itu.

Tetapi jika kita tidak menari, tidak akan ada air.

Di tengah lamunanku, aku lupa itu kapan tapi orang yang membuyarkan lamunanku, adalah suara Jongin.
"Ayo, Lay!" Katanya.




Original fanfiction written by 辛辛息息
Indonesian translation by DEERTORIA with citrahf and seoulofheart
This chapter was edited and finished by  citrahf
Do not reupload, do not repost, respect copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^


T/N:
* = tahun peralihan dari remaja jadi dewasa, di China biasanya saat orang sudah berusia 20-an, di Korea ketika mereka sudah berusia 19. Coming-of-age berarti seseorang sudah dianggap dewasa dan legal untuk minum-minum, menikah, merokok, menyetir, dan mengikuti pemilu.
** = dalam kepercayaan China, warna merah adalah warna yang membawa keberuntungan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Memakai pakaian berwarna merah pun dapat membawa keberuntungan. Makanya kemudian Luhan mengatakan "Aku bilang aku tidak beruntung tahun ini."
*** = mesin Dance Dance Revolution

7 komentar:

  1. min, gimana klo note nya dibikin di dalam kurung aja. soalnya susah bacanya kalo dari atas trus scroll ke bawah apalagi yg baca pake hp.
    makasi udh trans ny ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke ... nanti kita coba bicarakan sama yang lainnya ... terima kasih juga sudah membaca trans nya ya ..

      Hapus
  2. bagus kok!! aku bisa ngerti utk sekali baca aja...
    makasih yeah!! ^_^

    BalasHapus
  3. jangan bilang yang kalah lay -langsung next chap buat bacanya

    BalasHapus
  4. wahhh yg td kan ada flashbacknya kan???

    BalasHapus
  5. Kenapa baru tau nih ff kenapa ga dari dulu, ya ampun saya kudet --"

    BalasHapus