Keesokan sorenya, suara dentingan gelas dan botol
dari luar samar-samar membangunkanku. Semua orang mengerutkan alis mereka
mungkin karena jetlag dan ketakutan, tapi tetap saja tidak ada
yang mampu melawan kelelahan.
"Apa yang mereka lakukan?" Sehun
membalikkan tubuhnya seraya mengggumam.
"Seseorang mungkin akan datang untuk
menyelamatkan kita," aku menutup mata lagi dan mengerutkan alisku "Kebenaran
terungkap, dan ada polisi diluar."
"Jelas itu adalah hal yang terbaik, namun..." kata Kyungsoo, "Bukankah kau pikir mereka datang agak sedikit
terlambat?"
Baekhyun mengucek matanya dan berdiri, menatap
pintu dan berkata, "Aku akan pergi keluar dan melihat."
Saat ia berdiri, kuhadapi rasa lelahku, berjuang
untuk bangkit dan terhuyung-huyung ke arahnya, "Aku akan ikut
denganmu."
Kami kecewa karena tidak ada polisi dimana-mana,
melainkan hanya Chanyeol dan Luhan yang sedang menempatkan beberapa gelas
kosong di meja. Jongin dan Tao sedang duduk di sofa, masing-masing memegang 3 botol Vodka dan Tequila dan bersuara kepada kami, "Kami terlalu
haus dan kami menemukan beberapa botol alkohol, mari kita minum bersama."
Sebuah Scorpion hitam yang tertidur digambar pada
meja kaca dalam semalam, dan seketika, kecepatan detak jantungku jadi tidak
karuan.
"Siapa yang menggambar ini?" Kata
Baekhyun.
"Aku." Kata Chanyeol, "Kalian
datang terlambat, dan aku merasa bosan jadi aku menggambar sedikit."
"Apakah kau begitu merindukan Kris?" Baekhyun
berjalan mendekati Chanyeol dan mendorongnya sedikit, mengucek matanya,
berbalik dan kembali berjalan ke kamar tidur. Ia mengetuk pintu dan berteriak, “Bangun!
Kita akan minum alkohol!”
Aku menatap Scorpion yang digambar di atas kaca
dan hatiku berdebar. Samar-samar aku teringat sesuatu, tapi rasanya seperti
mimpi.
Setelah sekitar 2 menit, Sehun terhuyung-huyung
keluar dari kamar tidur dengan goyah. "Apa alkohol..." Ia menatap
deretan gelas yang tersusun rapi di atas meja dengan tatapan yang aneh.
"Tidak ada air dimanapun di seluruh bangunan
ini, tapi di lantai dua ada beberapa botol alkohol ..." Chanyeol membuka
botol Vodka dan menuangkannya ke dalam cangkir satu per satu. "Meskipun
hal ini tidak baik untuk perut, tapi... itu jelas lebih baik dibandingkan
dengan mati kehausan." Dia menatap ke arahku dan Sehun, dan memberi
isyarat kepada kami untuk minum.
Tao berjalan ke depan, mengambil gelas
terdekat di tepi meja, diikuti oleh Jongin dan Luhan. Luhan mengangkat sebuah
gelas, dan mendorong gelas di sebelahnya ke arahku dan mengedip padaku.
Sehun juga berpikir untuk mengambil segelas, dan ketika ia mencoba
meraih gelasnya, Chanyeol mengambilnya, dan ia harus mengambil gelas yang di
belakangnya.
"Ah~ Seriously~~" Chanyeol mengusap
perutnya dan mengembalikan gelasnya kembali ke posisi semula, "Pertama,
aku harus menyingkirkan masalah pribadi ini." Dia berkata sambil berlari
ke toilet.
"Cih, Kyungsoo dan Yixing masih saja belum
bangun." Baekhyun berjalan ke meja kemudian Chanyeol berjalan keluar dari
toilet. Mereka berkontak mata sejenak, tangan Baekhyun ragu-ragu dan mengambil segelas, dengan cepat Chanyeol
mengambil gelas di belakangnya, tapi bukan gelas yang ia ambil dari Sehun tadi.
"Kyungsoo!" Teriak Jongin keras,
"Bangun!" Tapi Luhan dengan santainya berjalan ke kamar tidur kami
dan hanya menyeret Yixing.
Hanya ada 2 gelas alkohol tersisa di meja ini;
Yixing mengucek mata saat ia berjalan ke meja. Tao tiba-tiba mengangkat salah
satu gelas dan menyerahkannya kepada Yixing.
Kyungsoo tiba beberapa saat kemudian, dan harus
mengambil gelas alkohol yang terakhir.
Aku melihat ekspresi Chanyeol dan Kai yang
sedikit aneh, dan ekspresi ini bukanlah ekspresi yang bimbang, malah semakin
menjadi-jadi seiring Kyungsoo meneguk alkoholnya. Hal ini jelas terlihat
menonjol pada Chanyeol seiring ia perlahan-lahan
berjalan di samping Kyungsoo dengan wajah pucat, prihatin dengan setiap gerakan
kyungsoo bahkan ingin mendudukkannya.
Tindakan-tindakan yang aneh ini begitu cepat untuk dijelaskan, dengan cepat Kyungsoo meringkuk di sofa, memegangi dadanya dan
terengah-engah dengan ekspresi abnormal menyakitkan di wajahnya. Chanyeol
tampak bingung saat ia berlutut di samping sofa, menggunakan tangannya untuk
mengusap keringat Kyungsoo. Jongin mencoba membuatnya berdiri, mengulangi,
"Muntahkan itu, muntahkan itu keluar!"
"Apa yang terjadi?" Aku menarik
Chanyeol jauh dari sofa.
"Jantungku terasa tidak enak... Aku tidak
bisa bernapas..." Kyungsoo memegang dadanya erat, napasnya
tersengal-sengal.
"Apakah dia alergi terhadap alkohol?"
Aku mendengar Yixing bertanya pelan pada Sehun. "Tidak, kita pernah minum
bersama dulu, ia memiliki tingkat toleransi alkohol yang baik..." Sehun
merasa khawatir, dan memperhatikan orang-orang disekitarnya yang sedang dilanda
perasaan takut.
"Tunggu... Jangan menyerah..."
Chanyeol terisak sambil memegang Kyungsoo dalam pelukannya, "Maaf ... Maaf
..."
Pergerakan orang yang dipeluknya itu secara bertahap
terus melemah, hingga beberapa menit kemudian saat ia benar-benar berhenti bergerak.
Chanyeol menatap kosong pada orang yang berada dipelukannya, dan tidak
berani untuk memeriksa apakah dia masih bernapas.
"Dia sudah mati." Tao menyentuh ujung
hidungnya untuk memeriksa tanda-tanda pernapasan, dan menatap Chanyeol.
Dalam keheningan beberapa detik itu, semua orang
mungkin menaruh berbagai macam pemikiran yang berbeda.
"Apa yang kau masukkan ke dalam
alkohol?" tatapku pada Chanyeol.
Chanyeol mengabaikanku dan terus memeluk
Kyungsoo. Dia sepertinya tidak tahu pikirannya sendiri.
Jongin secara bertahap menjadi sadar dari
kesedihan, berdiri di depan Tao, mengangkat kepalanya dan berkata perlahan,
"Kau curang."
Yang mengherankan, Tao tidak membela diri, dia
menyakukan tangannya dan memalingkan muka.
"Bila permainannya akan dimainkan seperti
ini," kata Jongin, "Berbicara tentang keadilan hanyalah omong kosong,
bukankah begitu, panda?" Dia membentak dan mendorong dada Tao.
Tao menggit bibirnya, dan benar-benar tidak
membalas, berbeda dengan bagaimana ia biasanya akan bereaksi.
"Seekor panda hanya akan membiarkan panda
yang lain bertahan hidup, ironisnya adalah pinguin-pinguin yang percaya padanya."
Tawa Jongin mencibir. “Ini terlalu konyol.” Kata Luhan, "Siapa yang
memainkan kebohongan ini pertama kali? Bila daritadi kita hanya memilih
seenaknya, Sehun akan jadi orang yang tergeletak di bawah sini sekarang, mati."
Aku melihat mereka dalam diam, menikmati
pertunjukan.
Sehun menurunkan kepalanya, ekspresi kosong, dan menatap
gelas anggurnya yang setengah kosong. Aku memejamkan mata dan tiba-tiba merasa
sangat berat dan jijik; mungkin efek samping dari mengkonsumsi alkohol saat
perut kosong. Scorpion bisu yang ada di meja teh itu diam-diam menggerakan ekor
beracunnya secara terang-terangan.
Aku tidak ingat bagaimana mereka menangani mayat
Kyungsoo, dan tidak bisa mengingat apa yang mereka perdebatkan. Aku hanya ingat
Yixing bersandar di sisiku, mendesah pelan.
"Ujung ekor kalajengking itu mungkin
beracun." Kata dia.
"Aku tidak tahu." Kataku.
Dia melirik lagi, berjalan dan menempatkan gelas
transparannya di atas ekor Scorpion hitam, dengan lembut memutar gelasnya.
Sehun perlahan membungkuk. Dia belum juga meletakkan
gelasnya.
"Siapa yang ingin mereka bunuh?" Katanya.
Itu pertanyaan yang bagus ditanyakan; mungkin
mereka sendiri bahkan tidak memiliki jawaban yang pasti. Pikiranku terhenti
ketika aku mendengar suara suatu objek dihantamkan ke lantai di lantai atas.
"Aku hanya mengatakan bahwa aku tidak
tahu keseluruhan efek samping dari pil penyakit jantung itu." Itu suara
Luhan.
"Itu satu botol penuh; efeknya pasti terjadi!" Suara Chanyeol.
"Persetan, kau terdengar seperti kau
tidak setuju pada awalnya..." Tao mengumpat dalam bahasa Mandarin.
"Apa yang kau katakan! Bicara dalam bahasa
Korea!” Suara Jongin, lalu suara meja didorong.
"Aku bilang bahwa semua orang sudah setuju
dari awal! Sekarang untuk apa ribut? " Tao mengumpat dengan keras.
"Aku hanya setuju untuk dua pil! Tidak
seluruh botol!" Suara serak Chanyeol begitu jelas, "Yang aku setujui adalah untuk
membuat mereka tidak sadar jadi mereka tidak akan bisa menyerang kita ...
" Apa yang dia katakan setelah itu teredam oleh suara itu argumen keras
Jongin dan Tao.
Selanjutnya ada suara benda berat menghantam
lantai. Aku mengambil beberapa langkah ke kaki tangga, menyaksikan Luhan dan Jongin
saling mencekik leher di samping dinding.
"Ingat ini, kaulah yang membunuh Do
Kyungsoo, dan Kim Junmyeon." wajah Jongin memerah, dan mengayun
wajah Luhan ke samping. Kelopak mata Luhan tertuju ke bawah, menatap lantai.
"Apa yang kau bicarakan*?" suara Tao
bergetar, dan mendorong Jongin menjauh dari belakang dengan satu pukulan, langsung
menerjang lantai.
"Bagaimana kematian Kim Junmyeon bahkan dikaitkan
dengan Luhan?!"
"Junmyeon hanya memberi tahunya! Dia hanya
mengatakan kepadanya!" Jongin berdiri dan berteriak pada Tao, nada
suaranya terdengar begitu sedih.
"Cukup." Luhan menyela suara-suara yang
tak teratur itu dan merapihkan kerahnya, "Pasti akan ada seseorang yang
mati."
Ada keheningan selama dua detik, Park Chanyeol
menyipitkan matanya menatap Luhan, "Ya, kau mungkin telah membuat daftar
urutan kematian kita, kapan aku akan mati?”
"Kau terlalu berlebihan." Kata Luhan,
"Tapi bila kau terus seperti ini,kurasa kau mungkin akan mati sebelum
aku."
Original fanfiction written by 辛辛息息
English translation by heecups, flyingbacons and wasabilxx on twitter
Indonesian translation by DEERTORIA with citrahf and seoulofheart
This chapter was edited by seoulofheart and citrahf
Finished by citrahf
Do not reupload, do not repost, respect
copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^
Huaaah... Harus berkali-kali baca baru ngerti.. wkwkwkkwkwk
BalasHapuseh ?
Hapuskarna translate-nya atau karna ceritanya yang membingungkan ? ._.
Ceritanya agak WOW bikin bingung.. hha
Hapuskenapa jadi pada ribut? bagian ini rada ngebingungin sih emang, apalagi kelompok yang ketuanya chanyeol
BalasHapusKeren^^b
BalasHapuslanjut baca ajalah
BalasHapus