Kris’ POV
Makan malam kami sangat sederhana; ini memang adalah
cara
melangsingkan diri dengan hasil yang sangat baik. Setelah makan sandwich dalam satu
menit, aku meneguk sebotol besar air.
"Aku seperti merasakan masakan Hunan." Yixing terjun kembali ke dalam khayalan megahnya.
"Tidak dapat memakan apa yang kau ingin makan
sebelum kau mati,
adalah salah satu hal yang paling
menyedihkan dalam hidup," kataku , "Bahkan tahanan yang menghadapi hukuman mati bisa mendapatkan makanan yang enak sebelum mereka
dieksekusi."
"Kalau saja aku tahu semua akan jadi begini, aku tidak akan
menguruskan badanku dulu." Ucapnya datar.
"Kalau saja aku tahu," Aku mencolek lesung pipinya, "Kau tidak akan
menjadi selebriti sekarang."
Dia menatapku, "Jika aku bisa mengulang waktu lagi, aku masih akan memilih untuk jadi seorang
selebriti." Dia tersenyum padaku, "Sudah bertahun-tahun, dan bukankah kau mengenalku
cukup baik?"
Berjalan kembali ke ruang tamu, tidak ada jiwa
yang dapat ditemukan, Yixing dan aku melihat kubus Rubiks di tangga dan brankas yang terbuka. Kami tidak tahu metode apa yang akan Luhan piilih untuk membunuh kami.
Kami tidak tahu di mana Baekhyun berada. Aku memeriksa gambaran Scorpio yang sangat indah itu, dan aku tidak pernah tahu sebenarnya ia punya kemampuan khusus seperti ini. Apa yang perlu kau ketahui adalah bahwa aku orang yang mengagumi orang dengan kemampuan estetika yang tinggi; mereka harus cermat memperhatikan segala sesuatu di sekitar mereka; ketika kau sudah melupakan sesuatu, dan dia masih
mampu mengingat.
Sebuah bintang jatuh melintasi langit. Menurut legenda, berlalunya bintang jatuh
pertanda akan meninggalnya seseorang.
Yixing melihatnya juga, mengerjapkan mata beberapa kali dan tetap
diam.
"Akan jadi cukup baik jika orang meninggal untuk menjadi
bintang jatuh,"
kataku, "Kita bisa terbang kemanapun."
"Aku tidak ingin menjadi sebuah bintang jatuh," katanya, "Aku ingin menjadi pohon dan tidak pergi kemanapun."
"Apakah karena kau sudah merasa bahwa kau sudah
pergi kemana-mana terlalu sering dalam kehidupan kali ini makanya kau ingin
tenang dalam kehidupan selanjutnya?” kataku geli.
Dia merespon dengan memutar matanya.
"Jika kau akan bisa jadi pohon, di mana kau ingin ditanam?" tanyaku.
"Di halaman luar rumahku, tentu saja." Katanya.
"Baiklah, aku akan membantu menyiramimu." Renungku.
"Aku hargai itu, aku pasti akan tumbuh dan
berkembang dengan baik." Lesung pipinya muncul seiring ia tertawa pelan.
"Kata-kata yang kau katakan saat sebelum kau
berjalan ke mesin Dance Revolution," aku melihat padanya, "Apakah itu dimaksudkan untukku?"
Dia terdiam sejenak, kemudian
tersenyum, "Itu belum kedaluaarsa , dan itu masih berlaku."
Aku meliriknya, menundukkan kepalaku dan berkata, "Ibuku hidup dengan
cukup baik di Kanada ... Ayahku sendirian di Guangzhou ... Maksudku, jika ..."
"Aku mengerti." Dia menatap ke luar jendela dan sinar bulan
menerangi wajahnya.
Aku menunduk dan tersenyum kecil, ini
adalah persetujuan diam-diam diantara kami. Jika dia benar-benar berubah
menjadi pohon, aku hanya perlu melirik daun untuk mengetahui apakah ia
membutuhkan air.
Malam itu tak biasanya tenang dan diam, aku bahkan
tidak mendengar bisikan tertahan dari lantai atas seperti waktu itu. Ini mungkin karena jumlah
kami semakin sedikit,
aku bangun dan berjalan ke arah toilet. Keheningan malam menjadi sangat aneh ketika pintu kamar mandi terdengar berderit.
Aku berdiri mengamati dari luar kamar mandi sebentar
karena aku tahu
Baekhyun dan Tao masih di dalam kamar tidur. Aku waspada sebelum perlahan mengendap masuk.
Bilik kamar mandi paling dalam di kamar mandi
tertutup.
Perlahan-lahan aku maju mendekat, aku melihat sekilas eyeliner
khusus Baekhyun yang tergeletak di samping cermin kamar mandi serta coretan
dari dua karakter Cina, "Cepat, lari" dari sudut mataku.
Aku akan dapat mengenali tulisan tangan itu bahkan jika itu dibakar
menjadi abu.
"Tao?" Bisikku pelan ke arah
cermin, tapi pintu menuju bilik kamar mandi tetap tak bergerak.
Berbalik, aku meletakkan tanganku
ringan ke pintu bilik kamar mandi. Mengelus bilik yang bersih, berbingkai putih, tidak ada yang berbicara,
jika kau tidak tidak menghitung
nafas yang samar-samar terdengar .
Melamun, aku merasa seolah-olah kembali ke adegan di hotel yang kami
tinggali di Tokyo pada sehari sebelum SMTOWN. Tao menahan pintu toilet dengan tubuhnya, mengunciku di
dalam ,
"Jangan sembunyi dariku , leader."
Dia tertawa getir, disertai dengan pernapasan samar yang sama.
Aku tidak ingin menghindarinya, aku berharap aku telah berhalusinasi dan
membayangkan segalanya, tapi ia tetap seperti adik bagiku yang
ingin ku jaga dan lindungi.
Tao memiliki wajah menggoda dan
menyihir ditambah dengan figurnya yang sempurna dan keterampilan wushu, kontradiksi intens yang ia miliki telah memungkinkan dirinya untuk debut dengan cepat kedalam jarak
pandang seluruh
orang .
Selama putaran pertama kegiatan promosi
kami di Cina, dia sangat menarik dan mencolok, bahkan bisa melampaui Yixing dan Luhan.
Bagaimanapun, menjadi terlalu eye-catching tidak selalu menyiratkan sesuatu yang
baik, terutama ketika perhatian ini berbelok ke kami berdua. Tidak dapat
menekan emosinya, ia sering mengutarakan apa yang tidak seharusnya
ia katakan di variety show.
Tentu saja, ini pasti akan menjadi hal yang baik untuk host, tapi dalam pandangan
para fans , apa
yang mereka lihat itulah yang akan menjadi 100% benar.
Aku lupa kapan itu dimulai, tapi akhirnya aku menyadari perubahan dalam diri Tao. Responsnya terhadap pertanyaan tidak langsung dan bertele-tele dari host
berubah dari penolakan canggung menjadi penerimaan yg gembira; aku bahkan
memujinya dalam hati tentang pemahamannya yang bagus tentang popularitas “couple”nya
dengan para member
. Hanya setelah setengah tahun kemudian aku menyadari bahwa ia selalu mengatakan kebenaran. Dia benar-benar tidak peduli tentang popularitas
pairing dan reaksi para fans terhadap itu.
Lama-kelamaan, bahkan orang-orang
di sekitar kami merasa bahwa hal itu ganjil dan luar biasa. Tatapan kurang ajar dan
nakal yang ia berikan kepadaku setiap kali dia menatapku meninggalkan tusukan duri dihatiku dan membuatku
kehabisan akal.
Ketika kami telat bangun
di pagi hari setelah mengambil kamar hotel yang sama sehari sebelumnya, Luhan sebenarnya mengatakan dengan lembut,
"Buanglah keranjang sampah hotel itu sendiri."
Sejak saat itu, secara otomatis aku mulai menjaga jarak darinya, dan
hanya memiliki sedikit interaksi dengannya. Tao yang terlalu
sensitif dengan cepat
menyadari perubahan dalam diriku; ia hanya tersenyum, dan mulai menjadi seorang pendiam tanpa kata.
Setelah itu, ia berbohong kepada
perusahaan dan mulai berpacaran, pasangannya adalah seorang trainee perempuan dari
Cina. Mereka pergi berbelanja berpegangan tangan dan bahkan berciuman di depan publik, tindakan kurang ajarnya banyak menjadi bahan omongan. Kedua kalinya aku
memperingatkan dia untuk hati-hati terhadap tindakannya, dia benar-benar mengatakan padaku, "Aku pikir ini adalah apa yang kau harapkan."
Aku mungkin orang yang menyebabkan seluruh bencana ini muncul, tapi aku tidak tahu di
mana letak kesalahanku. Aku merasa bahwa aku diberkati dapat memiliki seseorang yang masih bersedia memanggilku
"kakak", dan aku merasa bahwa aku harus terus mencoba yang terbaik untuk melindunginya.
Cahaya bulan perlahan menembus ke kamar mandi yang hening. Berbalik, aku mengambil
pensil eyeliner, dan menggambar sebuah peach* sembarangan di cermin, melingkari dua kata yang ia tulis. Aku tidak menoleh lagi ketika aku keluar, tapi hanya
berbicara ke udara di belakangku, "Apa yang aku katakan kemarin, adalah bohong.”
Aku ingat malam itu sangat jelas, aku ingat setiap kata yang ku katakan, setiap tindakan yang kuperbuat, dan apa yang harusnya kulakukan tapi tidak. Saat aku berjalan keluar dari kamar mandi,
Baekhyun melangkah keluar dari kamar tidur. Aku berhenti pada saat itu ketika
bahu kita bersikutan
satu sama lain, tapi aku akhirnya memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.
Ia masuk kamar mandi saat aku berjalan
kembali ke kamar tidur.
Tidak sampai semenit ketika aku mendengar suara gemersik keras yang datang
dari kamar mandi sementara aku berada di tempat tidurku. Suara dari pukulan tinju
ke dinding;, gema yang tajam dari suara sepatu
yang bergesek di lantai, sangat melengking; hembusan nafas terngah-engah yang tertahan.
"Apa yang terjadi?" Yixing
memanjat, menatap waspada ke arahku dan mencoba untuk berjalan keluar.
"Jangan pergi!" Gumamku serius, menatap pada ekspresi bingung Yixing.
Mengikuti suara seseorang memukul pintu kamar mandi, pintu terbanting tertutup. Member-member
dari lantai atas bergegas menuruni tangga sepelan yang mereka bias; cahaya menerangi ruang tamu dengan cerah, ketika Chanyeol memanjat ke dalam ruangan dengan sembrono, segalanya menjadi terdiam lagi.
"Kita bisa masuk sekarang." Kataku pada Yixing.
T/N:
* = peach dalam bahasa Mandarin adalah Taozi, fans china sering memanggil
Tao dengan sebutan ini karena namanya yang mirip (Zi Tao dan Taozi). Jelas gambar
peach ini diarahkan pada siapa.
Indonesian Translation by DEETORIA
with citrahf
and seoulofheart
This chapter was edited and finished by citrahf
This chapter was edited and finished by citrahf
Do not reupload, do not repost, respect copyrights, and use proper credits
if linking this post
Don't
forget to leave some comments ^^
Apa sekarang yang jadi korban Baekhyun? AAAAA
BalasHapuswaaaa itu siapa yang dalam keadaaan bahaya? tao? luhan? kai? baekhyun?
BalasHapusapa yang terjadi??? Baekhyun,,,Baekhyun
BalasHapuswoahh apa itu apa itu apa yg terjadi??
BalasHapussebelumnya saya mau bilang terima kasih dulu buat admin yang sudah translate ff ini ke bahasa indonesia. seruuu banget walaupun bacanya perlu keseriusan tinggi kaya baca buku kimia. hahaaa ohyasaya juga maaf nih baru bisa comment di chapter 11 soalnya tadi bacanya di hp jadi susah comment.
oke deh langsung saya lanjut ke chapter 12
apa baekkie yg mati?/ tp katanya kan yeollie yg mati di KM
BalasHapusKeren^^
BalasHapusSiapa tuh korban selanjutnya??! Baekhyun kah?? Wahh,jadi makin penasaran tingkat akut *halah* Thanks udh mau translate ya..^^ Daebakk!!! Jjang!!!
BalasHapus