Minggu, 04 November 2012

48 HOURS - CHAPTER 12



Baekhyun meringkuk di lantai kamar mandi. Sebuah tali plastik tipis putih melilit lehernya dengan erat, salah satu tangannya masih menggenggam ke tubuh Tao, yang berdiri di sampingnya, erat.
Baekhyun terbaring di lantai; napasnya berhenti.
Chanyeol berjongkok, menatap tali plastik putih itu, dan tampak seolah-olah ia mencoba untuk fokus pada pandangannya dan indera pendengarannya.
"Apa yang terjadi?" Jongin menatap Tao dingin. Tao, wajahnya pucat, menghindari tatapannya; Luhan bersandar ke dinding, terdiam.
"Luhan ..." Chanyeol mengambil tali plastik putih panjang itu, beralih menuju Luhan, "Apakah ini gulungan tali yang kau ambil dari brankas?"
Melirik Chanyeol, Luhan ingin membantu dia bangkit dari lantai, tetapi ia didorong menjauh, "Kenapa kau tidak membicarakan dengan kami sebelumnya?!!" Teriak Chanyeol, sesenggukan dalam tangis.
Tangan yang terdorong pergi berayun di udara, Luhan menurunkan matanya, dan menarik tangannya kembali.
"Apa ini?" Jongin berdiri, berjalan ragu menuju cermin . " Mandarin?" Dia menoleh ke belakang perlahan-lahan, melihat ke arah kami berempat.
"Kau hanya membunuh kami  yang member Korea dan bukan Cina ... Apakah ini rahasia antara kalian orang-orang Cina!?" Dia melotot ke arah kami dengan tatapan mengancam, mendorong sekuat tenaga ke  dada Tao. Tao tidak membalasnya.
"Kau salah paham." Aku menahan tangannya yang ia gunakan untuk mendorong Tao.
"Benar ... Bagaimana aku bisa lupa?! Kau, dan dia,”  Jongin menunjuk ke Yixing," Kalian berdua ada di sebelah ruangan ini, bagaimana mungkin kalian berdua tiba ke sini lebih telat daripada kami?! "
"Aku mengatakan kepadanya untuk tidak mendekat." Tao menajamkan matanya ke arah Jongin secara provokatif.
Detik berikutnya, ingatan yang ku punya hanyalah Jongin dan Tao bergulat satu sama lain dalam perkelahian.

Jongin yang meratap dan berteriak adalah pemandangan yang jarang, "Tanpa izinku, bagaimana bisa kau membunuh Baekhyun!"


Menginjak dan menumpas Jongin di  bawah kakinya di samping pintu beberapa saat, Tao berbicara dalam bahasa Mandarin, "Persetan, jangan berpikir bahwa hanya  kau yang punya nyali!"
“Ah!!!” Jongin menerkam ke arah Tao, yang jauh lebih tinggi daripada dia, dalam kegilaan, matanya terbakar dengan kegilaan murni. Tao bergulat dengannya sepanjang jalan sampai ruang tamu, dan mengirim pukulan ke wajahnya, sikunya mengirimkan pukulan lain ke lututnya. Jongin berlutut; Tao menghantam pinggang Jongin dengan kakinya dan Jongin mengungkapkan ekspresi tersiksa.
"Berhenti berkelahi!" Luhan menarik Tao dari belakang, namun Tao tampak seolah-olah ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia tidak berhenti, hanya sampai aku mengerahkan semua kekuatanku untuk mendorongnya dengan keras dari belakang.
Dalam detik-detik penuh kesunyian itu, Luhan meleaps tangannya yang menggengam Tao dengan erat. Tao berbalik, Chanyeol berjalan menuju Jongin yang terluka, tapi aku melihat Jongin yang matanya memerah bangun dan mengulurkan tangannya ke arah botol alkohol di atas meja teh. Dia terhuyung-huyung ke arah punggung Tao.
Waktu tampaknya telah melambat dalam ingatanku, "Tao!" Teriak Yixing ke arah Tao, benar-benar mengerikan. Tao berbalik untuk melihat Yixing dan sejenak menyadari sosok Jongin memukulkan  botol anggur ke arahnya. Dia menggunakan tangannya untuk melindungi dirinya secara naluriah; botol itu terpukul ke lengannya dan hancur, minuman keras mengguyur rambutnya.
Ketika Tao menggunakan tangannya untuk menutupi matanya  dari percikan alkohol, ketika ia menggunakan tangannya untuk menutupi matanya ...
Jam di dinding berdetak ...
Tao membelalakkan matanya ke arah Jongin , trauma. Dia menunduk lagi, matanya tertuju ke botol anggur yang pecah menusuk perutnya. Seluruh tubuhnya tersentak oleh pecahan botol kaca sepanjang jalan sampai ia menabrak dinding di belakang.
Pada saat itu, segalanya seperti tak terdengar, instingku hancur berkeping-keping dalam diriku; hanya ada ekspresi tak berdaya dan kewalahannya Tao, dan perutnya yang berdarah deras.
Yixing terlihat berlari menghampirinya, dengan putus asa mendorong pergi Jongin yang tertegun; Tao meluncur turun ke dinding, meninggalkan seberkas darah merah tua pada dinding. Aku terseok-seok menghampirinya, aku pikir aku aku terjatuh dua kali, kepala Tao miring ke samping, tatapan matanya mirip dengan matanya yang aku lihat pertama kali.
"Leader ... aku kesakitan ..." Dia berkata, kata-katanya terputus-putus.
Apakah aku mengatakan sesuatu, atau  tidak? Aku tidak dapat mengingatnya lagi. Ingatan itu hanya sebuah coretan putih, mungkin sistem kekebalan tubuhku telah menyalibkannya.
Setelah itu, Tao tertidur. Dia tidak bergerak sama sekali, ia mendingin detik demi detik.
Bayangan hitam menutupi penglihatanku dan pendengaranku menjadi teredam. Aku berdiri dan mengambil sebotol alkohol, menghancurkannya di sisi meja teh, dan terhuyung-huyung menuju Kim Jongin di sudut ruangan.
Dia masih berdiri di sana,  benar-benar tercengang. Di sampingnya adalah Chanyeol, yang mencoba dengan susah payah untuk menarik dia pergi, tapi itu semua sudah terlambat. Kau lihat, lehermu tampaknya sangat rentan, semuanya akan berakhir dengan sangat cepat.
Apakah Chanyeol ingin datang untuk berbicara kepadaku? Aku memegang  kerahnya dan melemparkan dirinya ke lantai.
Kau tampak terpengaruhi; kau tidak ingin membalas sama sekali, apakah itu karena ini adalah pertama kalinya kau membunuh seseorang? Kau terlalu rendahan, lihat saja dirimu; Kau akan dibunuh oleh orang lain sesegera mungkin . Aku sedikit mengangkat botol kaca pecah, membalikkan botolnya dengan perlahan; Kim Jongin, temani Huang Zitao mu!
Wajah Luhan muncul di depanku sebelum aku bisa menurunkan lenganku.
Alarm berbunyi di kepalaku, tanganku berhenti sejenak. Aku menurunkan kepalaku, aku melihat Luhan menyelip di antara aku dan Kim Jongin.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya mataku.
"Biarkan aku melepaskan diriku lebih dulu." Kepalanya terkulai, rambutnya menjuntai di depan matanya.
Otakku berhenti bekerja selama beberapa detik, tidak mengerti apa maksudnya. Mataku melanglang hingga Kim Jongin, yang sedang diseret di lantai atas oleh Chanyeol. Aku melewati Luhan dan mengejarnya ke arah tangga. Sekali lagi, pandanganku diblokirnya , tubuhnya menghalangi tangga, telapak tangannya menekan dinding.
Tampaknya seolah-olah akal sehatku telah memburuk, bagaimana aku bisa lupa bahwa Luhan ada di tim lain?
"Apakah kau berpikir bahwa aku tidak akan berani membunuhmu?" Tanyaku padanya.
"Bunuh aku kalau begitu." Dia melotot.
Betapa tak tahu malunya; Aku mundur 2 langkah. Bagaimana aku bisa lupa persahabatan antara China dan Korea? Selain itu, Luhan memang maskot persahabatan paling profesional. Namun sayangnya aku bukan Zhang Yixing; aku selalu kebal terhadap persahabatan yang hangat. Jangan mencoba untuk mengambil keuntungan dari ketahananku, kau sudah menafsir terlalu tinggi pada kebaikanku  dan kecerdasan emosionalmu sendiri.
Bagaimanapun, ia tiba-tiba diberi pukulan yang menyakitkan pada wajahnya, hidungnya berdarah. Dia jatuh ke lantai. "Pergi dari sini!" Aku melirik ke belakang dan melihat Zhang Yixing berteriak padanya.
Luhan bergegas cepat menaiki tangga dan tidak melirik kembali lagi.
Aku berpikir bahwa bertahun-tahun persahabatan kami hancur pada hari yang ditentukan itu, tapi aku tidak punya kewenangan ataupun hak untuk mencelanya. Aku harus menjadi seperti dia, survivor yang sempurna, mengambil keuntungan dari segala sesuatu dan semua orang; dan mengambil inisiatif untuk bertahan hidup. Jika kita melihatnya dari sudut pandang ini, kami semua kurang feminin dibandingkan dengannya.


Original Fanfiction  written by 辛辛息息
Indonesian Translation by DEETORIA with citrahf and seoulofheart 
This chapter was edited and finished by  citrahf


Do not reupload, do not repost, respect copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^


8 komentar:

  1. kemana kalimat penafsiran kalimat "we are one"nya EXO disini? semuanya bunuh bunuhan

    BalasHapus
  2. persahabatan mereka hancur...
    mereka saling membunuh,,,

    BalasHapus
  3. sedih baca chapter ini :((

    BalasHapus
  4. ya ampun mereka kerasukan semuanya!!!

    BalasHapus
  5. Wahh,bener2 udh pada kerasukan setan semuanya.Untung aja ini cuma fiksi aja.Coba klo beneran,udh gk bisa bayangin gmn jadinya...

    BalasHapus
  6. Kereeen bgt dah.dsini kya bkan exo yg gua kenal . Kengeriannya mulaai kluar di chap ini

    BalasHapus