Sabtu, 20 Oktober 2012

48 HOURS - CHAPTER 5


"Leader!” seru Chanyeol dengan mulut ternganga, saat ia menuruni  tangga, berlutut dan menyaksikan Junymeon tak berdaya. Jongin berlari mendekati dan mengangkat kepala junmyeon, meletakkannya di pahanya dan berusaha menghentikan darah yg keluar dari dada junmyeon  dengan telapak tangannya, sepotong serpihan kaca tertancap di tulang rusuk kanan Junymeon, dan yang ia bisa lakukan hanyalah terengah-engah tanpa berkata apapun.

"Leader! Leader! kau tidak boleh mati!" tangis Chanyeol saat ia melihat nafas Junmyeon yang makin menipis. "Aku, aku .. mengapa .. Aku yang jadi leader? "
Baekhyun tak dapat mengucapkan apa-apa.
Jongin perlahan mengangkat kepalanya untuk melihat Baekhyun, kemudian ke arah kami, Chanyeol mendorong baekhyun dengan kuat, air matanya jatuh.  “Apa yang telah kau lakukan!" Seketika, Baekhyun mulai menangis juga dan menggelengkan kepalanya terus menerus.
Yixing berjongkok dan memegang bahu Baekhyun itu, "Ambil nafas sejenak, ceritakan  apa yang terjadi."

"Aku keluar mencari air" Baekhyun memandang Yixing lemah.
"Aku tahu, lalu?" Tanya Yixing.
"Aku berjalan ke sisi sofa dan menemukan seseorang...... memakai topi, berdiri tepat di samping cermin dengan pisau...... dan juga obor...." Kata Baekhyun  tarbata-bata.
 "Dia menatapku, memegang pisau di samping wajahnya dan mendekatiku...." Baekhyun berbicara dan mulai menangis.
"Lalu.... kemudian.... tangannya mendekatiku..... jadi aku mendorongnya.... " katanya, "ia jatuh ke belakang dan cermin itu hancur. "
"Dan kau terus membunuhnya?" Tanya Tao
"Tidak! Bukan begitu! Aku tidak bermaksud! Aku tidak bermaksud! " ia menatap semua orang, panik.
"Dia terjatuh ke lantai dengan suara parau dan mengatakan sesuatu yang  tidak bisa aku mengerti...."
Mata Baekhyun nampak kesulitan untuk mengingat semua yang terjadi dalam gelap , "Kemudian, kemudian, ia merangkak ke arahku dan meraih tanganku ........"


Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, rentetan kejadian begitu kentara jelas bagi mereka, Baekhyun telah mengambil sepotong  pecahan cermin yang hancur dan menusukkannya pada Junmyeon.
"Leader......." Sehun dan Kyungsoo mengerumuninya, kami tidak melangkah maju, mencoba memberikan ruang bagi mereka.

Namun, napas Junmyeon makin memburu, ia sudah lama kehilangan kemampuan untuk berbicara dan hanya terus menggelengkan kepala. Ia mengamati dan mencari seseorang dalam kerumunan kami, dan tiba-tiba menyambar tangan Jongin, seakan ingin mengutarakan sesuatu. Akhirnya, setetes air mata jatuh, dan dia berhenti bernapas.

Mungkin itu  air mata yang tersembunyi, karena ketika kuamati, tidak ada pisau di lantai, itu hanya obeng.
Luhan mengambil obeng dan sekrup yang terjatuh dekat cermin yang pecah, ia memandang Baekhyun, "Pisau yang kau maksud mungkin adalah ini"
"Sebelum menuju lantai atas,  Junmyeon bercerita tentang kecurigaannya tentang suara yg terdengar dari dalam cermin ini." Luhan melanjutkan, "Dia tidak memberitahu kami  akan turun dan langsung  turun untuk memeriksa sendiri."
“Dan mengapa kau tidak memberitahu kita?" Terlihat rasa dendam yang membara di mata Jongin, Luhan kehilangan kata-kata.
"Bagaimana Luhan tahu dia akan turun, kau tidak bisa melemparkan kesalahan begitu saja kepada orang lain!" nada suara Tao seperti seseorang yang tidak berpikir sebelum berbicara.
"Ia sendiri yang mengusulkan tidak menyalakan lampu, yang menyebabkan kesalahpahaman oleh Baekhyun!"
"Hei, dongsaeng!" Kata Tao saat ia gelisah dengan lengan bajunya, "semuanya disebabkan oleh Baekhyun, tidak ada gunanya menyalahkan kami, pada akhirnya ini hanyalah masalah Baekhyun yang tidak memercayai kami, ia berpikir bahwa kami akan keluar untuk membunuh mereka di tengah malam! "
"Bukan begitu ....." kata Baekhyun saat ia menangis, aku pikir dia psikopat........ "

“Kau tidak pantas menilai kepolosan dan cela Baekhyun" Chanyeol memandang lantai, bukan Tao, "Leader sendiri pasti memaafkannya, karena itu tidak disengaja."
"Tentu saja bukan hakku,"mata Tao memerah lagi, "kalian semua tidak pernah ingin berada satu team denganku."
"Huang Zitao berhenti berbicara!" Teriak Luhan dalam bahasa Cina.
"Jika kau tidak ingin berada di tim ini,harusnya kau bilang tadi," komentar Jongin sambil berjalan kedepan, "Kami tidak membutuhkanmu."
"Kau pikir aku tidak mengatakannya?“ Mata Tao mencerminkan kemarahan sambil berjalan beberapa langkah ke depan.
"Kenapa?? Kau ingin berkelahi denganku?Hah???" mata Jongin yang juga penuh kemarahan.
"Kau pikir kau akan menang?"  Tao memiringkan kepalanya dan menatapnya.
"Cukup."  Kataku  dingin.

Kyungsoo membantu Baekhyun berdiri, dengan wajah basah karena air mata, ia berbalik untuk melirik Junmyeon, Yixing berjalan menarik Tao mundur. Tao memandang Yixing dengan sinis, sementara  Yixing hanya menggeleng.
Chanyeol tidak pernah menanggalkan tatapannya dari Baekhyun sementara Jongin hanya menempel ke lantai, terpaku, tak berniat untuk bergerak sedikitpun.

"Ini juga merupakan segmen dari permainan." Kataku pada Jongin.
Luhan menatap kami berdua sebelum datang ke depan menarik Jongin, "Ayo kita bawa leader ke ruang bawah tanah."

Meninggalkan kami dengan ekspresi yang ingin bersaing, Jongin berbalik dan mengangkat Junmyeon ke ruang bawah tanah bersama Chanyeol. Luhan bergegas untuk membantu membuka pintu ruang bawah tanah. Kyungsoo membungkuk untuk membersihkan jejak darah, dan beberapa potong kaca yang masih tersisa dinding, memantulkan wajah kami yang terpecah pecah.

Semuanya kembali tenang seperti  sebelumnya. Chanyeol dan lainnya bergegas kembali ke atas, aku meraih tangan Luhan.
"Apakah ada air di lantai atas?" Tanyaku padanya.
Ia menggeleng tak sabar, "aku memeriksa, bahkan tidak ada air di kamar mandi,hanya ada banyak alcohol dan berbagai minuman keras."

Liquor? Mabuk bukanlah pilihan yang benar-benar buruk, tetapi jika aku mabuk sesudahnya, papan hitung mundur itu mungkin sudah menunjukkan angka 0.
"Kami punya makanan di sini," kata Yixing pada Luhan, aku menatap Yixing, mencoba tetap memperhatikan.
"Oh benarkah?" Luhan membungkukkan kepalanya, dan tetap diam.
"Apakah kau lapar?" mata Yixing melebar  dan bertanya pada Luhan dengan suara sangat tertekan. Hanya beberapa tahun yang lalu, Yixing diminta untuk menurunkan berat badan dalam persiapan untuk debut dan Luhan telah mencuri sebungkus mie instan, saat itu, ia berkata "Kamu pasti lapar," dengan nada yang sama persis.

Hal-hal tertentu, secara alami telah menjadi kebiasaan.

Luhan mengangkat kepalanya untuk menatap Yixing sementara Yixing menggenggam tangan Luhan dan berlari ke dapur, aku mengikutinya, melihatnya membuka kulkas untuk mengambil sandwich, "Hanya ada yang dingin, makanlah dengan cepat,  makan di sini." Minta Yixing pada Luhan
Luhan menatap Yixing, mengambil sandwich dan mulai melahapnya. Dia berusaha untuk mengunyah dan menelan dengan cepat.  Mengungkapkan senyum yang belum pernah kulihat dalam waktu yang lama.

Si bodoh itu, keningnya yg berkerut terlihat seperti senyuman.

"Apakah kau ingin tambah?" Yixing menunjuk lemari es.
"Cukup." Luhan mengelap mulutnya, "Jika aku tidak kembali sesegera mungkin, mereka akan mencurigaiku."  Luhan memutar kepalanya untuk melihat padaku, “Terima kasih. " ucapnya.
Setelah ia cukup jauh dariku, meskipun itu hanya sandwich, aku anggap berterima kasih tidaklah penting, aku masih berhutang padamu makanan sejumlah n*.

"Apakah kau ingin membawa satu untuk Tao...." Dia memandangku.
"Lupakan saja, terlalu berisiko." Aku merenung sebentar sebelum berbicara, "Terlebih lagi, dia memang selalu kelaparan." Seperti yang kuingat, saat dulu masih di dorm ia selalu menginginkan cemilan tiap malam.
"Kalau begitu aku pergi," Luhan menepuk pundak Yixing, menandakan kepergiannya dengan mengangguk padaku sebelum berjalan ke atas, meninggalkanku dan Yixing di dapur.

Malam yang gelap, bergantung pada secercah cahaya bulan, aku seperti kembali ke musim dingin 5 tahun yang lalu, pada saat imlek.
Saat itu, Yixing berdiri persis di posisi yang sama di dapur, bergantung pada cahaya bulan yang redup menyala, ia sesumbar tentang ekspektasi dan harapan yang telah dibawanya ke Korea dan berapa banyak orang yang ikut untuk mengantarkannya pergi.
" Kepala sekolahku mengatakan saat pertemuan bahwa aku pergi ke Korea dan bahwa aku memiliki tieba**ku sendiri sekarang! " Katanya puas dengan penuh percaya diri dengan lesung pipinya, "Aku pasti akan menjadi sorang sukses, jika tidak, aku tidak akan pulang!"

Dulu dia orang yang banyak omong, tidak seperti sekarang orang yang diam dan tenang.

"Aku tidak sepertimu, tumbuh menjadi orang yang segagah ini dan aku tidak seperti orang lain yang dapat mengatur hal-hal dengan baik,” ia menundukkan kepala," “Aku harus berhasil dalam satu aspek, bukan, yang terbaik tepatnya. "

"Berapa banyak orang yang tertarik padamu?" Tanyaku. Dia menempatkan jari-jarinya di bawah dagu dan mengingat-ingat, "Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, orang-orang dari perkumpulan seni liberal di sekolah dan orang-orang dari kelasku juga datang, wali kelasku, Mr. Oh yang mengajarku bernyanyi  dan beberapa juniorku ...... "

"Berapa banyak penggemarku menurutmu?" Aku tersenyum padanya.
"Apakah kau menyiratkan penggemarmu lebih banyak dariku?" Dia cemberut.

Aku menunduk, tersenyum dan menggelengkan kepala . "Tidak ada.” Sejujurnya,aku  tidak ingin membuat diriku terlihat menyedihkan, aku punya maksud tersendiri untuk mengeluarkan lelucon garing ini.
Yixing berlatih menari seperti orang gila, jadi orang yang paling pertama sampai tempat training dan jadi yang terakhir pulang.
Ia menari bahkan ketika orang lain sedang tidur atau bahkan sedang makan siang, ketika orang-orang santai dan menikmati hiburan, ia tetap menari juga. Orang-orang yang mengabaikan dia tidak punya pilihan selain untuk mulai melihat, menonton seorang trainee China seperti dia rajin berlatih dan berkeringat seperti hujan di studio dance, dengan rambut acak-acakan, tidak menyadari seberapa besar tekanan yang ia alami.

"Yixing Sunbaenim benar-benar  mencintai dance," kata Chanyeol yang menghadiri kelas rap yang sama denganku.
"Dia benar-benar putus asa untuk debut" Kyungsoo berbisik kepada Junymeon, tanpa sengaja aku menguping saat lewat.

Pada musim dingin 2010, beberapa hal berubah, ia tampak menjadi lebih tenang dan diam, aku berjalan ke kamar mandi dan melihat sebotol anggur bersamanya yang tak sadarkan diri.
Dia sebelumnya sangat berhati-hati untuk menghindari pelanggaran peraturan.
Dia mengangkat kepalanya menatapku dan tertawa, "Apakah kau berpikir kita dibodohi?"
Aku mengambil botol anggur dari dia, duduk dan mulai minum.
"Aku putus dengannya." Kata Yixing, sudah kuduga.
"Ayolah, ini hanya putus, hal yang biasa terjadi." Kataku.
"Aku telah menari sampai ke batas paling maksimalku....." lanjutnya berbicara, “Aku telah kehilangan segalanya .... Apakah aku masih bisa debut? "
Aku terdiam,menatap mukanya yang tetap putih pucat bahkan ketika mabuk.
"Jika aku tidak bisa debut .... Apa yang harus aku lakukan..... " Dia tertawa kecil," Aku bahkan belum lulus SMA. "
"Jangan ada penyesalan, aku pun sama seperti itu." Balasku sambil menatap botol anggur.
"Lima tahun," ia mengangkat jari-jarinya, "Aku mengorbankan hidupku selama lima tahun ....... Jika aku tidak debut dalam lima tahun, aku akan kembali ke rumah. "
"Pulang ke rumah untuk apa?" Kataku.
"Untuk mencari pekerjaan, untuk mencari makan." Dia tersenyum, "Lihatlah wajahku ........ Apakah aku akan sukses sebagai penari bar? "
Aku menatapnya dan menggelengkan kepala dalam kebodohan, "Ini urusanku....... Jika kau  ingin bersaing, kau perlu melakukan beberapa operasi plastik. "
"Hei!” jari-jarinya bergetar, “Kau sebagai penari bar? Kupikir cara ini tidak akan berhasil ...... "

Aku tersenyum dan menggeleng sambil menyeret dia dari lantai toilet dan keluar pintu untuk melihat keluar tanpa diketahui siapapun.
"Apakah kau punya rokok?" Dia meminta padaku dengan matanya yang memerah.
"Kupikir kau tidak merokok?" Kataku.
"Berikan satu padaku." Dia merogoh sakuku mengambil bungkus  rokok  yang isinya tinggal setengah, mengambil sebatang dan menempatkannya di mulut kemudian merogoh sakuku lagi untuk mencari korek api. Dia menghabiskan begitu banyak waktu untuk menyalakannya.
"Berikan padaku." Kusambar korek api dan menyalakan rokok untuknya, aku melihatnya batuk-batuk dan tersedak.

Aku mengambil sebatang rokok juga dan menyalakannya. Di malam itu, di mana masa depan kita nampak jelas tak dapat diprediksi , entah bagaimana kami tahu, itu adalah malam terbaik yang pernah ada.
Dari dapur, Yixing menatap Luhan yang menaiki tangga dan kembali ke kamar tidur. Bersandar di atas meja dapur, aku melihat Luhan melompat cepat sampai ke lantai 2, memberi salam pada Chanyeol dan kemudian menepuk-nepuk tangan Jongin itu. Dalam kegelapan itu, Chanyeol dan Luhan memukul-mukul lengan mereka dan berbalik, menggunakan suara yang mereka pikir pelan untuk melanjutkan topik pembicaraan mereka.

"Baekhyun tidak akan pernah melakukan hal seperti itu, aku tidak dapat memercaya ini." Dia menggelengkan kepalanya, berkomentar dengan nada yang sangat meyakinkan.
"Dia tidak akan pernah, tapi seseorang akan membuatnya begitu," Suara Jongin yang sinis dan pelan.
Chanyeol membeku selama beberapa detik dan membuka mulutnya begitu besar, "Apakah yang kau maksud ......... Kris .......... "
Jongin menatapnya dan berbalik untuk memperhatikan ke sekeliling, "Tolong kecilkan suaramu!"
Chanyeol menutup mulutnya dan terdiam sebentar, "Kris ...... tidak akan pernah melakukan hal seperti itu ......... kalau tentang membunuh, dia mungkin akan melakukannya sendiri. "
Ini membuatku tergerak sesaat, orang yang telah berlatih bersamaku bertahun-tahun, dia mungkin telah menyaksikanku dimarahi di kelas terlalu sering, sangat tak bisa dipercaya ia berbicara jelek tentangk, menuduhku sebagai orang yang cukup pintar untuk menyuruh orang  sbagai otak dari pembunuhan ini.

"Lalu siapa?, tidak mungkin Kyungsoo atau Sehun yang menyuruh Baekhyun untuk membunuh leader, aku tidak percaya mereka segila itu ....." bisik Jongin.
"Hey ~ ~ Sebagai perbandingan," Chanyeol melayang ke pemikiran yang mendalam, "tampaknya Kris yang paling mencurigakan ......" Aku membayangkan ekspresi kebodohannya, menundukkan kepalaku dan menahan tawa.
"Oh, ada Yixing!" Seru Chanyeol seolah-olah dia telah menemukan pemikiran baru, segera Jongin menutup mulutnya dan memarahinya, "ada Luhan di kamar tidur belakang, bisakah kau tidak ribut! "
"Juga, Yixing ....... adalah leader mereka." Kata  Chanyeol dengan suara yang berat.
"Bocah itu," Jongin menggelengkan kepala, "Musuhnya satu-satunya adalah dirinya sendiri." Ia mengangkat kepalanya, menatap langit-langit, "Jadi bagaimana jika ia jadi leadernya, kau adalah leader tapi kau sendiri saja tak berguna."

Chanyeol mennggerak-gerakkan kepala dan badannya, memperlihatkan Jongin sebuah tatapan yang manja, salah dipahami, dan tidak mengenakkan.
"Aku tidak berpikir seorangpun dari mereka akan melakukan hal seperti itu ........." kata Chanyeol dalam keadaan linglung, matanya menatap seperti sebuah jendela, tidak hancur hanya karena tiupan angin. "Mungkin hal-hal ini tidaklah serumit itu.”
Jongin menundukkan kepalanya dalam diam.
"Leader turun ke bawah untuk memeriksa cermin, Baekhyun pergi keluar dan melihat leader. Karena keadaan sekitar yang gelap gulita dan dia ketakutan........ " Chanyeol melanjutkan," ia kehilangan ketenangannya dan mendorong leader ke cermin. "
Chanyeol menggaruk kepalanya.

"Aku telah mengenal Junmyeon selama 6 tahun," bisik Jongin, "6 tahun ..... ia tidak pernah menatapku dengan ekspresi seperti tadi ..... Seolah-olah begitu ingin mengatakan sesuatu ." Chanyeol menyentuh punggungnya.
"Jika permainan ini adalah nyata," ia mengangkat kepalanya, "Aku pastikan tidak akan mati lebih cepat dari geng mereka itu."

Aku tahu, dan di dalam geng itu, aku termasuk.

Aku enggan untuk mendengarkannya lagi, dan persis saat aku hendak kembali ke kamar tidur, Baekhyun perlahan membuka pintu dan berjalan keluar, dalam kegelapan, ia tampak sangat kusut. Chanyeol jelas khawatir dengan gerakan dan suara sehingga ia melihat ke arah itu, menyadari itu Baekhyun, ia mengabaikan Jongin yang menahannya dan melompat menuruni tangga dengan kaki panjangnya. Dia memberi Baekhyun sebuah pelukan dan ingin membawanya ke lantai atas, Baekhyun sejenak meragu tapi mengikutinya.

Aku berjalan menuju kamar tidur untuk melihat Sehun dan Kyungsoo yang tertidur dan Yixing yang duduk di samping jendela. Aku berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.
"Aku sangat haus." Katanya.
"Jika kau tidur, kau tidak akan merasa haus." Jawabku.
"Aku bisa saja mati besok jadi tidur hari ini tidaklah pantas." Ia memandang ke luar jendela, tak biasanya ada begitu banyak bintang hari ini. Tapi tentu saja, mungkin itu karena biasanya aku jarang memandang langit.
"Itu tidak pasti," Aku menepuknya dengan punggung tanganku dan mengerling padanya, "mungkin kau akan bertahan hidup sampai akhir."
"Orang sepertiku?" Ia menatap dirinya sendiri dengan tatapan menghina diri.
"Memang kau orang yang seperti apa?" Tanyaku bercanda.
"Aku tipe orang yang akan terbunuh tepat ketika aku bergabung ," ia mengungkapkan pengakuan terbesar dalam dirinya, "dan aku benar-benar tidak beruntung akhir-akhir ini, minggu lalu jamku rusak, minggu sebelumnya cone es krimku hancur dan jatuh ke lantai....” Meskipun sulit bagiku untuk membandingkan dua kejadian tersebut dengan situasi yang kami alami ini, aku berpura-pura mengerti dan menepuk-nepuk bahunya.

"Sampai sekarang, aku masih menolak untuk menerima kenyataan bahwa," katanya murung, " Aku tidak bisa makan makanan yang enak sebelum menemui ajalku, jika saja mereka tahu berapa tahun aku  telah diet..... "

Seiring dengan aku mengamati ketamakannya, hatiku mulai merasa tenang, tidak sewajarnya.

"......... Sudah lebih dari setahun sejak aku pulang ke rumah dan aku belum menerima gaji bulan kemarin ......... " dengan keluhannya yang bertubi-tubi, ia secara gamblang membuktikan teori bahwa kematian datang pada waktu yang salah.

Aku bersandar ke jendela dan menunjuk ke luar, "Lihat, setidaknya pemandangan malam hari ini indah."
Diam sesaat, dia bertanya, "Jika kau selamat, apa yang akan kau lakukan?" tatapannya bersinar,   menyerupai bintang-bintang di luar. "Aku akan menjalani kehidupan yang normal." Jawabku.
"Dan bagaimana kau akan hidup normal?" Dia bertanya lagi.
"Mungkin ... makan, tidur, dan minum." Sumpahku. Bila ini adalah diriku di masa lalu, mungkin aku akan menanggalkan kata “minum”.
"Hei," ia meletakkan tangannya ke belakang kepalanya, samar-samar tampak kedua lesung pipinya,   "Jika kau akan mati besok , kau mungkin akan tidur dan makan hari ini, terlepas dari kenyataan bahwa kau tidak bisa minum air. "
"Itu mungkin bukan masalahnya." Aku tersenyum dan membalas.
"Jika besok adalah hari kematianku," aku memandang ke luar jendela, "Aku mungkin akan mencari seseorang untuk berbagi ciuman”
Dia membeku selama dua detik dan tertawa genit, "Sayangnya, selama beberapa tahun ke belakang ini kepribadianmu telah terbentuk secara negatif, dengan seluruh hormon priamu."
"Itulah sebabnya aku tidak akan mati." Kataku.
"Lihat! Ada nyamuk betina di sini.” Ia mengacuhkan tatapan benciku, Ia terus menunjuk jari-jarinya ke arahku.
“Apakah kau yakin aku tidak akan berciuman hingga mati? "tanyaku.
"Jika kau benar-benar tidak bisa menahannya, Luhan pasti bisa berkolaborasi denganmu." Kata dia penuh semangat, memberi saran yang membangun.
"Aku sangat pemilih" aku merapikan kerahku.
“Terima kasih telah membuatku jadi tangan kananmu selama bertahun-tahun ini" Ia tersenyum.  Aku membeku selama dua detik sebelum menendangnya, mengatakan, "Ini tidak sebanding dengan masalah yang kau miliki di tangan kirimu”

Percakapan Baekhyun dan Chanyeol berlanjut, seperti hari-hari dulu. Aku gagal untuk mengingat percakapan dan aku tidak tahu pasti kenap tapi saat aku membuka mulutku, rasanya seolah-olah aku bisa berbicara dengan udara kapanpun karena aku tahu mereka akan menjawabnya. Aku hampir mirip Zhang Yixing.

"Aku akan berhenti biacara."ucapnya dan menutup matanya.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Karena aku harus menghemat air liurku" dan terus berbicara dengan mata tertutup itu, "berteman denganmu tak membuatku mendapatkan jalan keluar, aku harus menyelamatkan diriku sendiri."
"Terima kasih atas metode pengajaran yang sempurna dirimu," kataku, "setiap orang memiliki sifat baik dalam diri mereka."
"Kenapa tadi aku tidak memilih Luhan?" Dia mengerutkan dahi.
"Kau harusnya sudah menyimpan kalimat itu sebagai puzzle bagi dirimu sendiri," Aku memicingkan mataku, " Mengatakannya adalah hal yang tak perlu."
"Menurut kemampuan intelektualmu, kau akan dihabisi oleh yang lainnya sebentar lagi." Ucapnya pasrah dan menyakitkan.
"Bagaimanapun juga ukuran tubuhku lebih besar, butuh waktu yang lama bagi mereka untuk menghabisiku" kataku menghina ke arahnya, "orang yang lebih mudah untuk dikalahkan itu kau, dancing machine."
"Oh ya, mesin pengulang" ia menatapku penuh perhatian,  ”Siapa dari kawanmu yang dapat membantu kita memata-matai mereka sedikit?”
 "Chanyeol? .... "Aku memutar mataku," Kenapa kau tidak minta saja pada Luhan. "
"Kenapa kau tidak memilih Tao." Ia memicingkan matanya, bersandar padaku dan menguap.
"Kau pikir Tao akan berbicara padaku? Dia tidak memukulku pun itu sudah bagus." Aku menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya.
"Jika kau telah melakukan kesalahan, kau  layak mendapatkan hukuman." Kata-katanya tidak pernah gagal untuk memberikanku nasihat yang tulus pada waktu yang tepat.
"Apakah kau akan tidur?" Aku menatapnya, "Dengan waktu kurang dari 40 jam untuk hidup, Kau benar-benar bersiap untuk tidur tepat sebelum kematian."
"Ini adalah insting dasar manusia, seperti berciuman." Ia berkata sambil memejamkan mata, "orang yang tidur sampai matilah yang paling diberkati."
"Jika seseorang datang untuk membunuhmu, aku tidak akan menyelamatkanmu." balasku.
"Baiklah, sampai bertemu di surga." gumamnya.
"Bagaimana jika aku adalah orang yang membunuhmu." Kataku.
"Kemudian kau akan pergi ke neraka ..... untuk memilih, mungkin hanya dirimu? ..... "Ia mengerucutkan ujung mulutnya mencemooh.

Aku  tidak keberatan dengan ekspresi jijik di wajahnya, pada kenyataannya, aku tertawa, kami semua terbiasa menghina satu sama lain seperti ini.

Yixing tertidur, aku menggeser tubuhnya untuk bersandar ke samping tempat tidur kemudian perlahan berjalan keluar pintu dan menuju kamar mandi. Dalam kegelapan, aku menyaksikan Baekhyun berbaring di samping kaca di ruang tamu, tidak yakin apa maksudnya. Aku meninggalkan pintu kamar tidur terbuka untuk dia, dalam waktu setengah jam atau lebih, dia bangun dan berjalan menuju kamar mandi.
Dia menyalakan lampu, aku bersandar di pintu mengawasinya, dia mendekati cermin, mengeluarkan eyeliner dan mulai menggambar matanya hati-hati. Dia melanjutkan menggambar mata kanannya setelah mata kiri dan kemudian sesekali menghapusnya, seolah-olah dia sedang bersiap-siap untuk perform.

Aku menundukkan kepalaku, aku menahan perasaan janggalku dan tidak berhasil memikirkan beberapa ide, Aku membiarkan pintu tetap terbuka dan mengendap diam-diam, kembali ke kamar tidur.

Original fanfiction written by 辛辛息息
Indonesian translation by DEERTORIA with citrahf and seoulofheart
Edited by septiandara21citrahf and seoulofheart 
Do not reupload, do not repost, respect copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^


T/N:
* = n, tidak terhingga, tidak dapat ditentukan jumlah pastinya.
** = tieba, forum komunikasi paling besar di Cina, dibuat oleh Baidu. Tieba = paste bar, bar sama dengan thread dalam forum, yang biasanya bar-bar itu dibuat untuk artis.

11 komentar:

  1. Akhirnya udah ada lanjutannya... wkwkwkkwk
    Gilaaaaa, Bagian POV Krisnya panjang amat.. hha

    BalasHapus
  2. ada beberapa kalimat yang aku belum faham :/
    mohon diperjelas lagi dan ditingkatkan diksinya ya ^^ hwaiting~~

    BalasHapus
  3. Bahasanya tinggi banget ya.... banyak yg membingungkan XD
    Tapi keren kok. Love ya! XD

    BalasHapus
  4. ooo baekhyun yang ngebunuh suho? ih tapi kesian jadinya, kaya dia yang dituduh gitu, padahal kan gatau dianya juga. kris juga kesian dibilang dalang dari semuanya dari awal. huhuhu

    BalasHapus
  5. Agak gak paham nih,soalnya bahasanya agak berat buat anak seumuranku (13)
    Tapi over all kerennn..Thanks udah mau terjemahin.Ini kedua kalinya aku baca,padahal besoknya UAS

    BalasHapus
  6. Ckckckck udah pagi lanjut baca aja lah

    BalasHapus
  7. Ckckckck udah pagi lanjut baca aja lah

    BalasHapus
  8. Hi, wah thanks for the translate nya ^^
    Aku baru di rekomendasiin sama temen ku ff ini jadi ya aku baru baca dan aku tertarik banget tapi.... bahasa nya banyak yang ga aku pahami mungkin karna translate nya bertubi2 ya kan dari china ke english ke indo #sotoy
    Tapi, overall ini keren banget.
    Maaf baru komen hehe soalnya keasikan baca :3
    Sekali lagi, makasih translate nya! ^^

    BalasHapus
  9. Junmyeon-ku!!

    Aku kehabisan kata-kata buat mendeskripsikan betapa kerennya ff ini.
    Walaupun bahasanya berat dan ada beberapa bagian yang aku nggak ngerti..

    Daebakk

    BalasHapus