"Leader!” seru Chanyeol dengan mulut
ternganga, saat ia menuruni tangga, berlutut dan menyaksikan Junymeon tak
berdaya. Jongin berlari mendekati dan mengangkat kepala junmyeon,
meletakkannya di pahanya dan berusaha menghentikan darah yg keluar dari dada junmyeon
dengan telapak tangannya, sepotong serpihan kaca tertancap di tulang
rusuk kanan Junymeon, dan yang ia bisa lakukan hanyalah terengah-engah tanpa
berkata apapun.
"Leader! Leader! kau tidak boleh mati!"
tangis Chanyeol saat ia melihat nafas Junmyeon yang makin menipis. "Aku,
aku .. mengapa .. Aku yang jadi leader? "
Baekhyun tak dapat mengucapkan apa-apa.
Jongin perlahan mengangkat kepalanya untuk
melihat Baekhyun, kemudian ke arah kami, Chanyeol mendorong baekhyun dengan
kuat, air matanya jatuh. “Apa yang telah kau lakukan!"
Seketika, Baekhyun
mulai menangis juga dan menggelengkan kepalanya terus menerus.
Yixing berjongkok dan memegang bahu Baekhyun itu,
"Ambil nafas sejenak, ceritakan apa yang terjadi."
"Aku keluar mencari air" Baekhyun
memandang Yixing lemah.
"Aku tahu, lalu?" Tanya Yixing.
"Aku berjalan ke sisi sofa dan menemukan
seseorang...... memakai topi, berdiri tepat di samping cermin dengan pisau...... dan juga obor...." Kata Baekhyun tarbata-bata.
"Dia menatapku, memegang pisau di
samping wajahnya dan mendekatiku...." Baekhyun berbicara dan mulai
menangis.
"Lalu.... kemudian.... tangannya
mendekatiku..... jadi aku mendorongnya.... " katanya, "ia
jatuh ke belakang dan cermin itu hancur. "
"Dan kau terus membunuhnya?"
Tanya Tao
"Tidak! Bukan begitu! Aku tidak bermaksud!
Aku tidak bermaksud! " ia menatap semua orang, panik.
"Dia terjatuh ke lantai dengan suara parau
dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku mengerti...."
Mata Baekhyun nampak kesulitan untuk mengingat
semua yang terjadi dalam gelap , "Kemudian, kemudian, ia merangkak ke
arahku dan meraih tanganku ........"
Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun,
rentetan kejadian begitu kentara jelas bagi mereka, Baekhyun telah mengambil
sepotong pecahan cermin yang hancur dan menusukkannya pada Junmyeon.
"Leader......." Sehun dan Kyungsoo mengerumuninya,
kami tidak melangkah maju, mencoba memberikan ruang bagi mereka.
Namun, napas Junmyeon makin memburu, ia sudah
lama kehilangan kemampuan untuk berbicara dan hanya terus menggelengkan kepala.
Ia mengamati dan mencari seseorang dalam kerumunan kami, dan tiba-tiba
menyambar tangan Jongin, seakan ingin mengutarakan sesuatu. Akhirnya, setetes
air mata jatuh, dan dia berhenti bernapas.
Mungkin itu air mata yang tersembunyi, karena
ketika kuamati, tidak ada pisau di lantai, itu hanya obeng.
Luhan mengambil obeng dan sekrup yang terjatuh
dekat cermin yang pecah, ia memandang Baekhyun, "Pisau yang kau
maksud mungkin adalah ini"
"Sebelum menuju lantai atas, Junmyeon
bercerita tentang kecurigaannya tentang suara yg terdengar dari dalam cermin
ini." Luhan melanjutkan, "Dia tidak memberitahu kami akan turun
dan langsung turun untuk memeriksa sendiri."
“Dan mengapa kau tidak memberitahu kita?"
Terlihat rasa dendam yang membara di mata Jongin, Luhan kehilangan kata-kata.
"Bagaimana Luhan tahu dia akan turun, kau
tidak bisa melemparkan kesalahan begitu saja kepada orang lain!" nada
suara Tao seperti seseorang yang tidak berpikir sebelum berbicara.
"Ia sendiri yang mengusulkan tidak menyalakan
lampu, yang menyebabkan kesalahpahaman oleh Baekhyun!"
"Hei, dongsaeng!" Kata Tao saat ia gelisah
dengan lengan bajunya, "semuanya disebabkan oleh Baekhyun, tidak ada
gunanya menyalahkan kami, pada akhirnya ini hanyalah masalah Baekhyun yang
tidak memercayai kami, ia berpikir bahwa kami akan keluar untuk membunuh mereka
di tengah malam! "
"Bukan begitu ....." kata Baekhyun saat
ia menangis, aku pikir dia psikopat........ "
“Kau tidak pantas menilai kepolosan dan cela
Baekhyun" Chanyeol memandang lantai, bukan Tao, "Leader sendiri pasti
memaafkannya, karena itu tidak disengaja."
"Tentu saja bukan hakku,"mata Tao
memerah lagi, "kalian semua tidak pernah ingin berada satu team
denganku."
"Huang Zitao berhenti berbicara!"
Teriak Luhan dalam bahasa Cina.
"Jika kau tidak ingin berada di tim ini,harusnya
kau bilang tadi," komentar Jongin sambil berjalan kedepan, "Kami
tidak membutuhkanmu."
"Kau pikir aku tidak mengatakannya?“ Mata
Tao mencerminkan kemarahan sambil berjalan beberapa langkah ke depan.
"Kenapa?? Kau ingin berkelahi
denganku?Hah???" mata Jongin yang juga penuh kemarahan.
"Kau pikir kau akan menang?" Tao
memiringkan kepalanya dan menatapnya.
"Cukup." Kataku dingin.
Kyungsoo membantu Baekhyun berdiri, dengan wajah
basah karena air mata, ia berbalik untuk melirik Junmyeon, Yixing berjalan
menarik Tao mundur. Tao memandang Yixing dengan sinis, sementara Yixing
hanya menggeleng.
Chanyeol tidak pernah menanggalkan tatapannya
dari Baekhyun sementara Jongin hanya menempel ke lantai, terpaku, tak berniat untuk
bergerak sedikitpun.
"Ini juga merupakan segmen dari
permainan." Kataku pada Jongin.
Luhan menatap kami berdua sebelum datang ke depan
menarik Jongin, "Ayo kita bawa leader ke ruang bawah tanah."
Meninggalkan kami dengan ekspresi yang ingin
bersaing, Jongin berbalik dan mengangkat Junmyeon ke ruang bawah tanah bersama
Chanyeol. Luhan bergegas untuk membantu membuka pintu ruang bawah tanah.
Kyungsoo membungkuk untuk membersihkan jejak darah, dan beberapa potong kaca
yang masih tersisa dinding, memantulkan wajah kami yang terpecah pecah.
Semuanya kembali tenang seperti sebelumnya.
Chanyeol dan lainnya bergegas kembali ke atas, aku meraih tangan Luhan.
"Apakah ada air di lantai atas?"
Tanyaku padanya.
Ia menggeleng tak sabar, "aku memeriksa,
bahkan tidak ada air di kamar mandi,hanya ada banyak alcohol dan berbagai
minuman keras."
Liquor? Mabuk bukanlah pilihan yang benar-benar
buruk, tetapi jika aku mabuk sesudahnya, papan hitung mundur itu mungkin sudah
menunjukkan angka 0.
"Kami punya makanan di sini," kata
Yixing pada Luhan, aku menatap Yixing, mencoba tetap memperhatikan.
"Oh benarkah?" Luhan membungkukkan
kepalanya, dan tetap diam.
"Apakah kau lapar?" mata Yixing melebar
dan bertanya pada Luhan dengan suara sangat tertekan. Hanya beberapa
tahun yang lalu, Yixing diminta untuk menurunkan berat badan dalam persiapan
untuk debut dan Luhan telah mencuri sebungkus mie instan, saat itu, ia berkata
"Kamu pasti lapar," dengan nada yang sama persis.
Hal-hal
tertentu, secara alami telah menjadi kebiasaan.
Luhan mengangkat kepalanya untuk menatap Yixing sementara
Yixing menggenggam tangan Luhan dan berlari ke dapur, aku mengikutinya,
melihatnya membuka kulkas untuk mengambil sandwich, "Hanya ada yang
dingin, makanlah dengan cepat, makan di sini." Minta Yixing pada
Luhan
Luhan menatap Yixing, mengambil sandwich dan
mulai melahapnya. Dia berusaha untuk mengunyah dan menelan dengan cepat.
Mengungkapkan senyum yang belum pernah kulihat dalam waktu yang lama.
Si bodoh itu, keningnya yg berkerut terlihat
seperti senyuman.
"Apakah kau ingin tambah?" Yixing
menunjuk lemari es.
"Cukup." Luhan mengelap mulutnya,
"Jika aku tidak kembali sesegera mungkin, mereka akan mencurigaiku."
Luhan memutar kepalanya untuk melihat padaku, “Terima kasih. "
ucapnya.
Setelah ia cukup jauh dariku, meskipun itu hanya
sandwich, aku anggap berterima kasih tidaklah penting, aku masih berhutang
padamu makanan sejumlah n*.
"Apakah kau ingin membawa satu untuk Tao...."
Dia memandangku.
"Lupakan saja, terlalu berisiko." Aku
merenung sebentar sebelum berbicara, "Terlebih lagi, dia memang selalu
kelaparan." Seperti yang kuingat, saat dulu masih di dorm ia selalu
menginginkan cemilan tiap malam.
"Kalau begitu aku pergi," Luhan menepuk
pundak Yixing, menandakan kepergiannya dengan mengangguk padaku sebelum
berjalan ke atas, meninggalkanku dan Yixing di dapur.
Malam yang gelap, bergantung pada secercah cahaya
bulan, aku seperti kembali ke musim dingin 5 tahun yang lalu, pada saat imlek.
Saat itu, Yixing berdiri
persis di posisi yang sama di dapur, bergantung pada cahaya bulan yang redup menyala, ia sesumbar tentang
ekspektasi dan harapan yang telah dibawanya ke Korea dan berapa banyak orang
yang ikut untuk mengantarkannya pergi.
" Kepala sekolahku mengatakan saat pertemuan
bahwa aku pergi ke Korea dan bahwa aku memiliki tieba**ku sendiri sekarang! "
Katanya puas dengan penuh percaya diri dengan lesung pipinya, "Aku pasti
akan menjadi sorang sukses, jika tidak, aku tidak akan pulang!"
Dulu dia orang yang banyak omong, tidak seperti
sekarang orang yang diam dan tenang.
"Aku tidak sepertimu, tumbuh menjadi orang
yang segagah ini dan aku tidak seperti orang lain yang dapat mengatur hal-hal
dengan baik,” ia menundukkan kepala," “Aku harus berhasil dalam satu
aspek, bukan, yang terbaik tepatnya. "
"Berapa banyak orang yang tertarik
padamu?" Tanyaku. Dia menempatkan jari-jarinya di bawah dagu dan
mengingat-ingat, "Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, orang-orang dari perkumpulan
seni liberal di sekolah dan orang-orang dari kelasku juga datang, wali kelasku,
Mr. Oh yang mengajarku bernyanyi dan
beberapa juniorku ...... "
"Berapa banyak penggemarku menurutmu?"
Aku tersenyum padanya.
"Apakah kau menyiratkan penggemarmu lebih
banyak dariku?" Dia cemberut.
Aku menunduk, tersenyum dan menggelengkan kepala
. "Tidak ada.” Sejujurnya,aku tidak ingin membuat diriku terlihat
menyedihkan, aku punya maksud tersendiri untuk mengeluarkan lelucon garing ini.
Yixing berlatih menari seperti orang gila, jadi
orang yang paling pertama sampai tempat training dan jadi yang terakhir pulang.
Ia menari bahkan ketika orang lain sedang tidur
atau bahkan sedang makan siang, ketika orang-orang santai dan menikmati
hiburan, ia tetap menari juga. Orang-orang yang mengabaikan dia tidak punya
pilihan selain untuk mulai melihat, menonton seorang trainee China seperti dia
rajin berlatih dan berkeringat seperti hujan di studio dance, dengan rambut
acak-acakan, tidak menyadari seberapa besar tekanan yang ia alami.
"Yixing Sunbaenim benar-benar
mencintai dance," kata Chanyeol yang menghadiri kelas rap yang sama denganku.
"Dia benar-benar putus asa untuk debut"
Kyungsoo berbisik kepada Junymeon, tanpa sengaja aku menguping saat lewat.
Pada musim dingin 2010, beberapa hal berubah, ia
tampak menjadi lebih tenang dan diam, aku berjalan ke kamar mandi dan melihat
sebotol anggur bersamanya yang tak sadarkan diri.
Dia sebelumnya sangat berhati-hati untuk
menghindari pelanggaran peraturan.
Dia mengangkat kepalanya menatapku dan tertawa,
"Apakah kau berpikir kita dibodohi?"
Aku mengambil botol anggur dari dia, duduk dan
mulai minum.
"Aku putus dengannya." Kata Yixing,
sudah kuduga.
"Ayolah, ini hanya putus, hal yang biasa
terjadi." Kataku.
"Aku telah menari sampai ke batas paling
maksimalku....." lanjutnya berbicara, “Aku telah kehilangan segalanya ....
Apakah aku masih bisa debut? "
Aku terdiam,menatap mukanya yang tetap putih
pucat bahkan ketika mabuk.
"Jika aku tidak bisa debut .... Apa yang
harus aku lakukan..... " Dia tertawa kecil," Aku bahkan belum lulus
SMA. "
"Jangan ada penyesalan, aku pun sama seperti
itu." Balasku sambil menatap botol anggur.
"Lima tahun," ia mengangkat
jari-jarinya, "Aku mengorbankan hidupku selama lima tahun ....... Jika aku
tidak debut dalam lima tahun, aku akan kembali ke rumah. "
"Pulang ke rumah untuk apa?" Kataku.
"Untuk mencari pekerjaan, untuk mencari
makan." Dia tersenyum, "Lihatlah wajahku ........ Apakah aku akan
sukses sebagai penari bar? "
Aku menatapnya dan menggelengkan kepala dalam
kebodohan, "Ini urusanku....... Jika kau ingin bersaing, kau perlu
melakukan beberapa operasi plastik. "
"Hei!” jari-jarinya bergetar, “Kau sebagai
penari bar? Kupikir cara ini tidak akan berhasil ...... "
Aku tersenyum dan menggeleng sambil menyeret dia
dari lantai toilet dan keluar pintu untuk melihat keluar tanpa diketahui
siapapun.
"Apakah kau punya rokok?" Dia meminta
padaku dengan matanya yang memerah.
"Kupikir kau tidak merokok?" Kataku.
"Berikan satu padaku." Dia merogoh
sakuku mengambil bungkus rokok
yang isinya tinggal setengah, mengambil sebatang dan menempatkannya di
mulut kemudian merogoh sakuku lagi untuk mencari korek api. Dia menghabiskan
begitu banyak waktu untuk menyalakannya.
"Berikan padaku." Kusambar korek api
dan menyalakan rokok untuknya, aku melihatnya batuk-batuk dan tersedak.
Aku mengambil sebatang rokok juga dan
menyalakannya. Di malam itu, di mana masa depan kita nampak jelas tak dapat diprediksi
, entah bagaimana kami tahu, itu adalah malam terbaik yang pernah ada.
Dari dapur, Yixing menatap Luhan yang menaiki
tangga dan kembali ke kamar tidur. Bersandar di atas meja dapur, aku melihat
Luhan melompat cepat sampai ke lantai 2, memberi salam pada Chanyeol dan
kemudian menepuk-nepuk tangan Jongin itu. Dalam kegelapan itu, Chanyeol dan
Luhan memukul-mukul lengan mereka dan berbalik, menggunakan suara yang mereka
pikir pelan untuk melanjutkan topik pembicaraan mereka.
"Baekhyun tidak akan pernah melakukan hal
seperti itu, aku tidak dapat memercaya ini." Dia menggelengkan kepalanya, berkomentar
dengan nada yang sangat meyakinkan.
"Dia tidak akan pernah, tapi seseorang akan
membuatnya begitu," Suara Jongin yang sinis dan pelan.
Chanyeol membeku selama beberapa detik dan
membuka mulutnya begitu besar, "Apakah yang kau maksud ......... Kris
.......... "
Jongin menatapnya dan berbalik untuk
memperhatikan ke sekeliling, "Tolong kecilkan suaramu!"
Chanyeol menutup mulutnya dan terdiam sebentar,
"Kris ...... tidak akan pernah melakukan hal seperti itu ......... kalau
tentang membunuh, dia mungkin akan melakukannya sendiri. "
Ini membuatku tergerak sesaat, orang yang telah berlatih
bersamaku bertahun-tahun, dia mungkin telah menyaksikanku dimarahi di kelas
terlalu sering, sangat tak bisa dipercaya ia berbicara jelek tentangk,
menuduhku sebagai orang yang cukup pintar untuk menyuruh orang sbagai otak dari pembunuhan ini.
"Lalu siapa?, tidak mungkin Kyungsoo atau
Sehun yang menyuruh Baekhyun untuk membunuh leader, aku tidak percaya mereka
segila itu ....." bisik Jongin.
"Hey ~ ~ Sebagai perbandingan,"
Chanyeol melayang ke pemikiran yang mendalam, "tampaknya Kris yang paling
mencurigakan ......" Aku membayangkan ekspresi kebodohannya, menundukkan
kepalaku dan menahan tawa.
"Oh, ada Yixing!" Seru Chanyeol
seolah-olah dia telah menemukan pemikiran baru, segera Jongin menutup mulutnya
dan memarahinya, "ada Luhan di kamar tidur belakang, bisakah kau tidak
ribut! "
"Juga, Yixing ....... adalah leader
mereka." Kata Chanyeol dengan suara yang berat.
"Bocah itu," Jongin menggelengkan
kepala, "Musuhnya satu-satunya adalah dirinya sendiri." Ia mengangkat
kepalanya, menatap langit-langit, "Jadi bagaimana jika ia jadi leadernya,
kau adalah leader tapi kau sendiri saja tak berguna."
Chanyeol mennggerak-gerakkan kepala dan badannya,
memperlihatkan Jongin sebuah tatapan yang manja, salah dipahami, dan tidak
mengenakkan.
"Aku tidak berpikir seorangpun dari mereka
akan melakukan hal seperti itu ........." kata Chanyeol dalam keadaan
linglung, matanya menatap seperti sebuah jendela, tidak hancur hanya karena
tiupan angin. "Mungkin hal-hal ini tidaklah serumit itu.”
Jongin menundukkan kepalanya dalam diam.
"Leader turun ke bawah untuk memeriksa
cermin, Baekhyun pergi keluar dan melihat leader. Karena keadaan sekitar yang
gelap gulita dan dia ketakutan........ " Chanyeol melanjutkan," ia
kehilangan ketenangannya dan mendorong leader ke cermin. "
Chanyeol menggaruk kepalanya.
"Aku telah mengenal Junmyeon selama 6
tahun," bisik Jongin, "6 tahun ..... ia tidak pernah menatapku dengan
ekspresi seperti tadi ..... Seolah-olah begitu ingin mengatakan sesuatu
." Chanyeol menyentuh punggungnya.
"Jika permainan ini adalah nyata," ia
mengangkat kepalanya, "Aku pastikan tidak akan mati lebih cepat dari geng
mereka itu."
Aku tahu, dan di dalam geng itu, aku termasuk.
Aku enggan untuk mendengarkannya lagi, dan persis
saat aku hendak kembali ke kamar tidur, Baekhyun perlahan membuka pintu dan
berjalan keluar, dalam kegelapan, ia tampak sangat kusut. Chanyeol jelas
khawatir dengan gerakan dan suara sehingga ia melihat ke arah itu, menyadari
itu Baekhyun, ia mengabaikan Jongin yang menahannya dan melompat menuruni
tangga dengan kaki panjangnya. Dia memberi Baekhyun sebuah pelukan dan ingin
membawanya ke lantai atas, Baekhyun sejenak meragu tapi mengikutinya.
Aku berjalan menuju kamar tidur untuk melihat
Sehun dan Kyungsoo yang tertidur dan Yixing yang duduk di samping jendela. Aku
berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.
"Aku sangat haus." Katanya.
"Jika kau tidur, kau tidak akan merasa
haus." Jawabku.
"Aku bisa saja mati besok jadi tidur hari
ini tidaklah pantas." Ia memandang ke luar jendela, tak biasanya ada begitu
banyak bintang hari ini. Tapi tentu saja, mungkin itu karena biasanya aku
jarang memandang langit.
"Itu tidak pasti," Aku menepuknya
dengan punggung tanganku dan mengerling padanya, "mungkin kau akan
bertahan hidup sampai akhir."
"Orang sepertiku?" Ia menatap dirinya
sendiri dengan tatapan menghina diri.
"Memang kau orang yang seperti apa?"
Tanyaku bercanda.
"Aku tipe orang yang akan terbunuh tepat
ketika aku bergabung ," ia mengungkapkan pengakuan terbesar dalam dirinya,
"dan aku benar-benar tidak beruntung akhir-akhir ini, minggu lalu jamku
rusak, minggu sebelumnya cone es krimku hancur dan jatuh ke lantai....”
Meskipun sulit bagiku untuk membandingkan dua kejadian tersebut dengan situasi
yang kami alami ini, aku berpura-pura mengerti dan menepuk-nepuk bahunya.
"Sampai sekarang, aku masih menolak untuk
menerima kenyataan bahwa," katanya murung, " Aku tidak bisa makan
makanan yang enak sebelum menemui ajalku, jika saja mereka tahu berapa tahun
aku telah diet..... "
Seiring dengan aku mengamati ketamakannya, hatiku
mulai merasa tenang, tidak sewajarnya.
"......... Sudah lebih dari setahun sejak
aku pulang ke rumah dan aku belum menerima gaji bulan kemarin ......... " dengan
keluhannya yang bertubi-tubi, ia secara gamblang membuktikan teori bahwa
kematian datang pada waktu yang salah.
Aku bersandar ke jendela dan menunjuk ke luar,
"Lihat, setidaknya pemandangan malam hari ini indah."
Diam sesaat, dia bertanya, "Jika kau
selamat, apa yang akan kau lakukan?" tatapannya bersinar,
menyerupai bintang-bintang di luar. "Aku akan menjalani kehidupan yang
normal." Jawabku.
"Dan bagaimana kau akan hidup normal?"
Dia bertanya lagi.
"Mungkin ... makan, tidur, dan minum."
Sumpahku. Bila ini adalah diriku di masa lalu, mungkin aku akan menanggalkan
kata “minum”.
"Hei," ia meletakkan tangannya ke belakang
kepalanya, samar-samar tampak kedua lesung pipinya, "Jika kau akan mati besok , kau
mungkin akan tidur dan makan hari ini, terlepas dari kenyataan bahwa kau tidak
bisa minum air. "
"Itu mungkin bukan masalahnya." Aku
tersenyum dan membalas.
"Jika besok adalah hari kematianku,"
aku memandang ke luar jendela, "Aku mungkin akan mencari seseorang untuk
berbagi ciuman”
Dia membeku selama dua detik dan tertawa genit,
"Sayangnya, selama beberapa tahun ke belakang ini kepribadianmu telah
terbentuk secara negatif, dengan seluruh hormon priamu."
"Itulah sebabnya aku tidak akan mati."
Kataku.
"Lihat! Ada nyamuk betina di sini.” Ia
mengacuhkan tatapan benciku, Ia terus menunjuk jari-jarinya ke arahku.
“Apakah kau yakin aku tidak akan berciuman hingga
mati? "tanyaku.
"Jika kau benar-benar tidak bisa menahannya,
Luhan pasti bisa berkolaborasi denganmu." Kata dia penuh semangat, memberi
saran yang membangun.
"Aku sangat pemilih" aku merapikan
kerahku.
“Terima kasih telah membuatku jadi tangan kananmu
selama bertahun-tahun ini" Ia tersenyum. Aku membeku selama dua
detik sebelum menendangnya, mengatakan, "Ini tidak sebanding dengan
masalah yang kau miliki di tangan kirimu”
Percakapan Baekhyun dan Chanyeol berlanjut,
seperti hari-hari dulu. Aku gagal untuk mengingat percakapan dan aku tidak tahu
pasti kenap tapi saat aku membuka mulutku, rasanya seolah-olah aku bisa
berbicara dengan udara kapanpun karena aku tahu mereka akan menjawabnya. Aku
hampir mirip Zhang Yixing.
"Aku akan berhenti biacara."ucapnya dan
menutup matanya.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Karena aku harus menghemat air liurku"
dan terus berbicara dengan mata tertutup itu, "berteman denganmu tak
membuatku mendapatkan jalan keluar, aku harus menyelamatkan diriku sendiri."
"Terima kasih atas metode pengajaran yang
sempurna dirimu," kataku, "setiap orang memiliki sifat baik dalam
diri mereka."
"Kenapa tadi aku tidak memilih Luhan?"
Dia mengerutkan dahi.
"Kau harusnya sudah menyimpan kalimat itu
sebagai puzzle bagi dirimu sendiri," Aku memicingkan mataku, " Mengatakannya
adalah hal yang tak perlu."
"Menurut kemampuan intelektualmu, kau akan dihabisi
oleh yang lainnya sebentar lagi." Ucapnya pasrah dan menyakitkan.
"Bagaimanapun juga ukuran tubuhku lebih
besar, butuh waktu yang lama bagi mereka untuk menghabisiku" kataku
menghina ke arahnya, "orang yang lebih mudah untuk dikalahkan itu kau,
dancing machine."
"Oh ya, mesin pengulang" ia menatapku penuh
perhatian, ”Siapa dari kawanmu yang
dapat membantu kita memata-matai mereka sedikit?”
"Chanyeol?
.... "Aku memutar mataku," Kenapa kau tidak minta saja pada Luhan.
"
"Kenapa kau tidak memilih Tao." Ia memicingkan
matanya, bersandar padaku dan menguap.
"Kau pikir Tao akan berbicara padaku? Dia
tidak memukulku pun itu sudah bagus." Aku menarik selimut dan menyelimuti
tubuhnya.
"Jika kau telah melakukan kesalahan, kau
layak mendapatkan hukuman." Kata-katanya tidak pernah gagal untuk
memberikanku nasihat yang tulus pada waktu yang tepat.
"Apakah kau akan tidur?" Aku
menatapnya, "Dengan waktu kurang dari 40 jam untuk hidup, Kau benar-benar
bersiap untuk tidur tepat sebelum kematian."
"Ini adalah insting dasar manusia, seperti
berciuman." Ia berkata sambil memejamkan mata, "orang yang tidur sampai
matilah yang paling diberkati."
"Jika seseorang datang untuk membunuhmu, aku
tidak akan menyelamatkanmu." balasku.
"Baiklah, sampai bertemu di surga." gumamnya.
"Bagaimana jika aku adalah orang yang
membunuhmu." Kataku.
"Kemudian kau akan pergi ke neraka ..... untuk
memilih, mungkin hanya dirimu? ..... "Ia mengerucutkan ujung mulutnya
mencemooh.
Aku tidak keberatan dengan ekspresi jijik
di wajahnya, pada kenyataannya, aku tertawa, kami semua terbiasa menghina satu
sama lain seperti ini.
Yixing tertidur, aku menggeser tubuhnya untuk
bersandar ke samping tempat tidur kemudian perlahan berjalan keluar pintu dan
menuju kamar mandi. Dalam kegelapan, aku menyaksikan Baekhyun berbaring di
samping kaca di ruang tamu, tidak yakin apa maksudnya. Aku meninggalkan pintu
kamar tidur terbuka untuk dia, dalam waktu setengah jam atau lebih, dia bangun
dan berjalan menuju kamar mandi.
Dia menyalakan lampu, aku bersandar di pintu
mengawasinya, dia mendekati cermin, mengeluarkan eyeliner dan mulai menggambar matanya hati-hati. Dia melanjutkan
menggambar mata kanannya setelah mata kiri dan kemudian sesekali menghapusnya,
seolah-olah dia sedang bersiap-siap untuk perform.
Aku menundukkan kepalaku, aku menahan perasaan
janggalku dan tidak berhasil memikirkan beberapa ide, Aku membiarkan pintu
tetap terbuka dan mengendap diam-diam, kembali ke kamar tidur.
Original fanfiction written by 辛辛息息
English translation by heecups, flyingbacons and wasabilxx on twitter
Indonesian translation by DEERTORIA with citrahf and seoulofheart
Edited by septiandara21, citrahf and seoulofheart
Do not reupload, do not repost, respect
copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^
Don't forget to leave some comments ^^
T/N:
* = n, tidak terhingga, tidak
dapat ditentukan jumlah pastinya.
** = tieba, forum komunikasi
paling besar di Cina, dibuat oleh Baidu. Tieba = paste bar, bar sama dengan
thread dalam forum, yang biasanya bar-bar itu dibuat untuk artis.
Akhirnya udah ada lanjutannya... wkwkwkkwk
BalasHapusGilaaaaa, Bagian POV Krisnya panjang amat.. hha
ada beberapa kalimat yang aku belum faham :/
BalasHapusmohon diperjelas lagi dan ditingkatkan diksinya ya ^^ hwaiting~~
kalimat yang mana? sini aku jelasin =))
HapusBahasanya tinggi banget ya.... banyak yg membingungkan XD
BalasHapusTapi keren kok. Love ya! XD
ooo baekhyun yang ngebunuh suho? ih tapi kesian jadinya, kaya dia yang dituduh gitu, padahal kan gatau dianya juga. kris juga kesian dibilang dalang dari semuanya dari awal. huhuhu
BalasHapusmereka saling menuduh
BalasHapusAgak gak paham nih,soalnya bahasanya agak berat buat anak seumuranku (13)
BalasHapusTapi over all kerennn..Thanks udah mau terjemahin.Ini kedua kalinya aku baca,padahal besoknya UAS
Ckckckck udah pagi lanjut baca aja lah
BalasHapusCkckckck udah pagi lanjut baca aja lah
BalasHapusHi, wah thanks for the translate nya ^^
BalasHapusAku baru di rekomendasiin sama temen ku ff ini jadi ya aku baru baca dan aku tertarik banget tapi.... bahasa nya banyak yang ga aku pahami mungkin karna translate nya bertubi2 ya kan dari china ke english ke indo #sotoy
Tapi, overall ini keren banget.
Maaf baru komen hehe soalnya keasikan baca :3
Sekali lagi, makasih translate nya! ^^
Junmyeon-ku!!
BalasHapusAku kehabisan kata-kata buat mendeskripsikan betapa kerennya ff ini.
Walaupun bahasanya berat dan ada beberapa bagian yang aku nggak ngerti..
Daebakk