Keluar dari ruang kontrol, aku merasa perlu untuk menghirup udara segar. Remaja emosional ini telah membalikkan
badannya memunggungi kami, kepalanya menghadap dinding, memungkinkan dirinya sendiri sebuah tempat yang
meyakinkan dan aman untuk menitikkan air mata.
Jika seseorang sedih, air mata harus
dibiarkan mengalir. Ini, mungkin sesuatu yang tidak diajarkan padanya dalam perusahaan Korea tersebut.
Dia memperlakukanku seperti seorang pendeta,
menceritakan rahasia dan mengharapkan aku untuk menebus jiwanya. Aku tidak bisa, pada
kenyataannya, aku akan
menjual jiwanya. Satu-satunya orang di dunia ini yang bisa mengkhianatinya, pada akhirnya adalah
dirinya sendiri.
Malam itu, dia yang pasti kelelahan, tidak memiliki
apapun untuk dikatakan. Aku berjalan sendiri ke teras untuk menghela nafas dan ketika aku kembali, seluruh kantor
polisi telah meledak menjadi sebuah kekacauan, seorang wanita Korea mengenakan
pakaian kantor dengan ekspresi bingung sedang berbicara dengan David,
melambaikan ponsel di tangannya. David memberi isyarat padanya untuk menenangkan diri
berulang kali, menginstruksikan Mike untuk menemukan penerjemah pada satu sisi sementara di sisi lain ia mencari sebuah pena dan kertas dalam
persiapan untuk melakukan beberapa rekaman pernyataan.
Ini jelas bukan urusanku, Kris di
kejauhan masih tergeletak di ruang monitoring, tidak dapat menyaksikan kepanikan yang terjadi di luar. Baginya, cerita
telah berakhir dari hari
sebelumnya, tidak mengetahui penyebab dan hasil, hanya mengalami proses,
mungkin bagiannya tak
lagi penting. Manusia tidak memakai polariisator ketika mengamati sudutnya, rasa sakit,
kebahagiaan, sukacita dan depresi semua hanya muncul sebagai debu di mata Tuhan.
Dari kemarin sampai hari ini, dirinya
dan teman-temannya yang sudah
meninggal telah menyadarkanku padaku tentang martabat sebuah perjuangan hidup. Setiap orang yang terlibat
dalam trade off* pada akhirnya
memilih untuk bertarung,
membuatku
menjadi iri sebagai orang tua, betapa patut dihormatinya sekelompok anak muda
ini.
.
Mereka telah menjalani hidup mereka dengan lebih serius, tidak sepertiku, yang lebih banyak hidup seperti orang mati. Bangun, aku akan berpikir aku telah
hidup tanpa kompensasi apapun, aku merasakan sinar matahari yang lembut ini bukan untuk layak mendapatkan
hadiah, aku tak pernah sekalipun mengubah keinginan sederhana ini untuk
merendahkan martabatku karena selama ini aku merasa telah hidup dngan penuh martabat.
Mungkin aku salah, mungkin kelompok
anak-anak muda ini telah lama membutuhkan pengalaman dalam mengorbankan sesuatu untuk
meraih mimpi kecil mereka, mimpi-mimpi yang sepele hingga ke batas dimana seseorang yang sukses
sepertiku melihat hal itu konyol hanya dengan sekali lihat, yang bagaimanapun
menyulut jalannya menuju darah dan raga dari manusia-manusia yang paling muda
dan menawan.
Tak hanya di rumah itu.
Mungkin aku tidak akan pernah mengajukan
perizinan masuk, bila tidak ada perbedaan dalam pembedaan sejak dulu eksis di
mata Tuhan, sekumpulan bocah-bocah ini yang pada mulanya kuanggap terlalu
cantik dan feminin, nyatanya telah melalui berbagai hal yang jauh lebih berani daripada
aku.
Dengan cerita yang sudah setengah jalan, aku tidak pernah
tahu sebelumnya, bahwa kemarin malam akan jadi kali terakhir Kris menceritakan
masalah ini sebelum ke persidangan.
Keesokan paginya, Mike menyapaku sementara Kris tampak sangat tenang, sebagian rambutnya
diikat di belakang dengan bantuan sederhana Mike , dia benar-benar mengucapkan terima kasih. Meskipun pergerakannya
tidak bebas,
ia masih memiliki kebiasaan membungkuk dan berterima kasih, sementara dibandingkan
dengan wajah serius dan identitasnya sebagai tersangka saat itu, itu sangat konyol.
Aku pikir, mungkin jika ada beberapa orang lain membungkuk
bersamanya, itu akan terlihat tidak terlalu menonjol.
Hari itu, aku bertemu dengan seorang
wanita paruh baya yang bertabiat baik, ibu dari Kris. Di sampingnya
berdiri ayah tiri Kris dan teman lamaku Konrad Steinweg, pengacara bergengsi dan mahal di LA, yang berspesialisasi membantu pembebasan
tersangka utama.
"Sudah lama sejak aku melihatmu,
kau masih seperti biasa di sini." Konrad mengulurkan tangannya, pria keturunan Jerman yang
dibesarkan di Amerika ini benar-benar muncul lebih gagah daripada pria Jerman lainnya.
"Sama, aku tahu bahwa setiap kali kau muncul aku tidak akan dapat melanjutkan pekerjaanku," sembari menjabat
tangannya dengan ogah-ogahan.
"Tolong serahkan saja semuanya padaku nanti," kata Dia, "Aku mengerti bahwa berbicara
terlalu banyak tidak akan membawa manfaat untuknya." Konda bersandar ke arahku saat
aku mengekspresikan pemahamanku.
"Namun tentang hal-hal yang terjadi
selanjutnya, aku masih
penasaran." Kataku.
"Kau pasti akan dimasukkan dalam daftar peserta selama persidangan."
Katanya mengeluarkan tawa.
Aku mengerutkan kening, "secepat inikah?" Merasa seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres.
"Kau harus bertanya pada geng itu, bagaimanapun," Konrad menurunkan
matanya, "dilihat dari pemahamanku tentang situasi ini, ia memang dalam masalah besar." Kelihatannya
persetujuan rahasia itu telah mengecualikanku dari sekian banyak informasi.
Aku berjalan ke arah Mike dan melihat Kris meninggalkan ruang
kontrol, mungkin untuk bertemu dengan orang tuanya dan pengacara untuk berdiskusi. Aku mengangkat
kepalaku dan berbicara kepada Mike: "Kau selalu menendang
orang-orang yang baik."
"Ayolah Frank," pinta Mike, "orang yang mengunci mulut anak singa itu tentulah
bukan kita ataupun pengacaranya, tentulah kami semua mengharapkan dia dapat
berbicara lebih banyak."
"Proses pengadilan telah menyita
waktu yang sangat singkat, tuduhan apa saja yang kau
punya untuk melawan dia nanti." Kataku.
Mike melirik padaku penuh arti, "apa yang dia
katakan mungkin tidak selalu benar dan apa yang kau telah dengar mungkin tidak secara pasti menjadi fakta."
"Apa maksudnya?" aku sama sekali tidak skeptis terhadap kejujuran
dan kredibilitas pasien itu.
"Yah ~ ~ " Mike menatapku,
"Di pihak mana kau sebenarnya? Sepertinya ada di pihak Mr. Survivor itu.”
"Yah, aku akan hadir di persidangan.” kataku tak berdaya, "Kau harus mampu menjelaskan tentang tuduhan-tuduhannya sekarang."
Setelah sejenak terdiam, Mike menurunkan kepalanya, "ada tiga tuduhan pembunuhan."
Aku membeku, "siapa?"
"Pria Korea bernama Kim Jongin, Park Chanyeol, dan pria China Zhang Yixing." Mike membanting dokumen yang ada di tangannya, mengangkat
kepalanya dan menyelesaikan kalimatnya, meninggalkan aku dan hanya bisa melihat punggungnya.
T/N:
* = trade off adalah kondisi dimana seseorang dihadapkan pada dua pilihan
atau lebih, dimana mereka harus mengorbankan yg lainnya untuk mendapatkan
sesuatu.
Indonesian Translation by DEETORIA with citrahf and seoulofheart
This chapter was edited and finished by citrahf
This chapter was edited and finished by citrahf
Do not reupload, do not
repost, respect copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^
aihhh? kris kasian
BalasHapuswaduuhh,,,,Kris,,malang sekali nasibmu :(
BalasHapusOh God..
BalasHapusya ampun kris,,kasihan amat
BalasHapusNice^^
BalasHapusJd critanya yg brtahan cm kris??
BalasHapus