Senin, 26 November 2012

48 HOURS - CHAPTER 17


Kris POV

Aku tidak tidur hingga matahari terbit keesokan harinya. Aku benci insomnia seperti aku benci tidak jadi mabuk meskipun telah meneguk bergelas-gelas alkohol.
Aku melihat Yixing dari bawah kelopak mataku yang berat. Aku mengakui bahwa aku dilahirkan sebagai seorang yang pesimis, seperti bagaimana seorang Park Chanyeol yang dilahirkan sebagai seorang optimis.
Semenjak hanya ada dua orang tersisa di tim kita, sangat jelas bahwa kita tidak punya banyak kesempatan untuk menang. Aku masih mengingat bahwa ada satu peraturan yang misterius diantara sepuluh peraturannya, yang menyatakan bahwa dua orang terakhir yang selamat harus berada dalam tim yang sama. Ini berarti jika satu dari kita mati, satu orang lagi pasti akan terdorong ke jalan buntu. Kita bukan orang yang sangat cerdas, aku tersenyum, tapi dia lebih buruk; tidak ada jejak kekejaman dalam dirinya.
Ia membuka matanya dengan setengah mengantuk, ia menatapku  “Kapan kamu bangun ?”
“Barusan.” Kataku
“Apakah karena aku mendapat mimpi buruk ?” ia berpikir keras, kosong.
“Tidak” Kataku, “ Kita mungkin akan segera mati, jadi kita harus merayakannya dengan beberapa anggur.”
“Begitukah?” Dia tersenyum enteng sambil berdiri, “tapi biasanya aku makan yoghurt jika aku merayakan sesuatu.”
 Aku melihatnya aneh, menyeringai, “Jadilah orang dewasa”
Dia melihatku dan menendangku sekali.
Sore ini hujan mengalir; permainan akan selesai dalam waktu 12 jam. Aku tidak yakin jika aku akan dapat hidup untuk melihat hujan menetes lagi.

Di sebelahku, Yixing sedang linglung dalam dunianya, “apa yang kau pikirkan ?” Tanyaku.
“Aku berpikir…” Katanya, “Bagaimana bila mimpi itu benar benar  nyata adanya, sementara seluruh  realita hanyalah sebuah mimpi ?”
“Jika kita akan terbangun dari realita lagi, dimanakah kita akan berada ?” Aku menatap tanah didepanku
“Jika kita akan terbangun dari realita lagi,” dia menyeringai, “ayo kita mati saja”
Sejujurnya, mati hanyalah terbangun dari sebuah mimpi.
Ini adalah mimpi yang manis dan indah; dalam mimpi ini, kita menghabiskan banyak waktu bersama, tidakkah lebih baik kita terbangun dari mimpi ini bersama ? kita tidak akan tersesat. Aku tersenyum saat aku melihatnya dan tidak berkata apapun.
 Ia berbalik untuk menatap ke arahku, mengedip beberapa kali, dan juga tidak mengatakan apapun.
Aku tetap berbaring di kasurku, melihat langit-langit ketika Yixing membuka pintu toilet.
Ketika pintu di ruang tidur kami terbanting tiba-tiba, aku tahu semuanya baru saja dimulai, dan semuanya itu akan segera berakhir pula.
Aku menyipitkan mata melalui celah pintu, aku melihat ekspresi panik Chanyeol sementara ia sedang membungkukkan tubuhnya, seolah olah ia menautkan sesuatu diatas pintu. Ia mengikat knop pintu dengan baut pintu bersama dengan tali plastik dari luar. Itu adalah kunci pintu yang murah dan alami.
Aku menendang pintu yang terkunci tanpa ragu dan sekuat tenaga, dan aku mendengar mejanya terbanting keluar. Itu merupakan suatu kejadian 3 lawan 1 yang tragis dan menegangkan di luar kamar, tapi aku tidak bisa melihat (ke luar) ataupun membantu.
“Park Chanyeol ! Bukakan pintunya !” aku meraung saat air mata jatuh di wajahku. “Aku mohon !! Bukakan pintunya !!”
Dia memanfaatkan berat badannya untuk menahan agar pintu tertutup. Aku berbalik, mengangkat kursi dan melemparnya ke pintu, tapi itu tak menghasilkan apa-apa. Pikiranku benar benar kosong – aku memeriksa sekelilingku, dan menemukan sebuah pedang yang dipajang di tembok, dapat ditarik. Kutarik pedang dari tembok, pedang itu secara tidak terduga memanjang perlahan-lahan. mencoba membungkuk, aku memasukkan pedang melalui celah-celah pintu dan mengoyak tali plastik menjadi dua hanya dengan satu tebasan. Aku mundur, kemudian menendang pintu dengan seluruh kekuatanku. 
Kau selalu mengatakan selama kelas vokal: “Ini hanyalah sebuah permainan, janganlah terlalu serius”.
Dapat mengenal dirimu telah menjadi satu dari hal-hal yang paling mulia dalam hidupku; kau adalah orang yang mengajarkanku dan membenarkan cara aku mengucapkan “Maaf”.
Darah menetes dari sudut bibirnya saat aku meninju wajahnya; Maafkan aku.
Kau terlalu banyak tersenyum padaku, sementara aku tidak bisa banyak memberi senyuman pada orang lain. Aku memukul perutnya, orang didepanku meringis dan melenturkan punggungnya yang sakit; Aku terpaksa melemparkan kakiku di tempurung lututnya, hingga ia terjatuh dan berlutut dengan satu kaki. Aku tidak yakin apakah itu tetes keringat atau air mata yang menetes jatuh ke lantai. Tak bisakah kau terus menari lagi, Chanyeol ? sayang, itu hanyalah mimpi yang telah mati untuk eksis. 
Aku menjambak rambutnya kuat, melempar tubuhnya ke dinding yang keras; wajahnya yang berlumuran darah terlihat indah, seperti pertama kali aku melihatnya; matanya berkilau, memantulkan cahaya bulan. Jika bukan karena air matamu yang sudah hampir jatuh dari pelupuk matamu, aku masih akan berpikir ini seperti pertama aku melihat dirimu yang lucu, memperkenalkan dirimu dengan sungguh-sungguh, “Halo ! Aku Park Chanyeol !”
Maafkan aku, aku akan melakukan apapun untuk bertahan hidup, dan membayar hutangku padamu sepanjang sisa hidupku. Aku tidak bisa menahan tangis yang jatuh dari mataku ketika aku mengangkatnya dan meletakkan jasadnya di dalam kloset. Aku tutup pintunya, tidak bisa melihatnya untuk terakhir kalinya.
Seseorang yang menjebol pintu kloset dengan pedang....  seseorang yang akan kusangkal hingga hari aku mati....
Adalah aku.
Tapi kamu, seseorang yang menghabiskan energimu untuk belajar bagaimana caranya rap dengan sangat cepat, tidak bisa berkata apa-apa sebelum kau mati. Setelah tersenyum selama seluruh  hidupmu, kau tinggalkanku hanya  dengan keheninganmu.

Original Fanfiction written by 辛辛息息 
Indonesian Translation by JeeRaroSky and seoulofheart
This chapter was edited by seoulofheart and citrahf

Do not reupload, do not repost, respect copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^


8 komentar:

  1. Emang lbh manteb bc pake bhs sndiri jd gx bgung... Thx yh buat yg puny ne blog.. Daebak!! Dtg9u part slanjut.a^^

    BalasHapus
  2. terima kasih ... keep supporting us ya ...

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Kris membunuh Chanyeol???
    aigooo..
    Yi Xing mana???
    benar-benar mengenaskan

    BalasHapus
  5. jadi kris...... oh God...

    BalasHapus
  6. baekkie udah mati???luhan jg kah???

    BalasHapus
  7. Krennnn . Sumpah ini ff kren translatornya lebih keren. Jd si kris bner2 ngebunuh Chanyeol . Nggak nyangka sling bnuh2an ㅠㅠ

    BalasHapus