Ini adalah hitungan mundur seperti angka-angka
yang mengalami proses penyusutan. Seiring waktu berakhir detik demi detik,
rumah itu terbenam ke dalam keheningan yg memekakkan telinga.
"Mereka mengatakan kepada kita ... tidak
ada jalan keluar dari sini dan selain itu, ada pisau terbenam di dalam kalung
ini.” Kata Chanyeol, wajahnya bergidik ngeri.
"Dalam waktu 2 hari, hanya akan ada satu
orang yang bertahan." Aku melihat ekspresi ketakutan mereka.
"Dan juga, kita harus dibagi menjadi 2
kelompok, dua orang terakhir yang bertahan hidup harus berasal dari kelompok
yang sama." Kata Luhan, "Jika ada pelanggaran aturan", ia
menunjuk pada lehernya, "Pisau itu yang akan berperan, muncul dari kalung
ini. "
Setiap orang tanpa terkecuali berubah diam,
satu-satunya suara berasal dari jam hitung mundur, tak henti-hentinya berdetik,
terus berkurang.
"Metode Tim ..." Jongdae berbisik,
"Dua orang yang paling dekat dengan pintu akan menjadi kapten, mereka akan
mulai dengan memilih anggota tim, yang dipilih kemudian akan melanjutkan untuk
memilih orang berikutnya dan seterusnya sampai semua orang sudah terbagi ke
dalam 2 kelompok."
Semua orang berbalik, menatap pada dua orang
yang berdiri paling dekat dengan pintu, Minseok dan Zhang Yixing.
"Gila, akankah kalian yang percaya omong
kosong ini, ini pasti ulah fans yang iseng!" Kata Minseok sambil
menggelengkan kepalanya dan melemparkan kursi ke jendela.
Kemampuan jendela yang bisa menahan segala
pukulan itu sama seperti kaca yang tidak bisa dirusak, namun kemudian Minseok
yang berdiri tepat di samping jendela itu jatuh secara tiba-tiba. Chanyeol
berjalan terhuyung-huyung untuk melihat dan menjerit, ia jatuh ke satu sisi,
melihat darah yang keluar dari leher Minseok membentuk sebuah kolam darah di
daerah sekitar kakinya.
Aku menjatuhkan diri ke sofa, semua orang yang
bersikap tak acuh menjadi meledak dalam suasana kacau. Baekhyun berlari ke
lantai 2 dan berteriak, Jongin menjatuhkan set gelas teh ke lantai
sementara Luhan dan Yixing memucat saat mereka menyaksikan peristiwa yang
terjadi tepat di hadapan mereka itu, Sehun beberapa kali muntah dan
mencengkeram perutnya karena merasa jijik.
Jongdae adalah yang paling histeris, tak hanya
ia berjalan ke depan untuk memeluk Xiumin, ia pun membalik-balikannya. Jerit
panik dan suara kekacauan, termasuk milikku, bergema ke sekitar ruangan seiring
dengan kemunculan pisau dan sayatan merah dalamnya yg rumit membuatnya nampak
di pandangan seluruh orang .
"Apa-apaan ini! Apa sebenarnya yang kau
inginkan!!" teriak Jongdae dan bergegas ke pintu depan, meninju mesin
passwordnya. Kyungsoo dan Junmyeon bergegas maju sementara Jongdae terus
menangis dan mencoba segala macam kombinasi nomor ....
"Anda masih memiliki dua kesempatan"
suara yang otomatis keluar dari mesin tersebut, Jongdae panik mencoba lagi.
"Anda memiliki satu kesempatan" Kata
suara mesin tersebut.
"Berhentilah!" teriak Jongin dari
belakang.
"Kau kurang beruntung, selamat
tinggal."
Semua orang berdiri terpaku. Tangisan Jongdae
terhenti. Dia jatuh ke tanah dan di saat itu genangan darah yang mengalir,
mengelilingi tubuhnya.
Sejenak seisi rumah terdiam, hanya suara darah
yang mengalir terus-menerus yang dapat terdengar.
"Jongdae?" Chanyeol berbisik sambil
berjalan ke depan, mengamati mesin password, memeriksa Minseok yang terjatuh,
sulit memercayai apa yang dilihatnya.
"Mengapa seseorang mencoba untuk
memecahkan kode sandi bisa mati?!!" terlintas wajahnya pucat dan berteriak
"KENAPA?!!" menatap 4 sudut ruangan.
"Tidak," ia bergumam, "Aku
harus keluar dari sini ...." Dan saat ia berbicara, dia mengelilingi
tempat ini, memasuki dapur, menaiki kompor dan menghantam atap jendela. Atapnya
tetap diam dan tenang. Dia turun dengan napas berat, mengambil panci dan
berjalan ke atas kompor lagi dengan niat untuk memecahkan jendela atap itu tapi
satu detik sebelum itu, aku bergegas masuk untuk mencegahnya.
"Lepaskan aku!" Dia berjuang dengan
sekuat tenaga dan berteriak, "Aku tidak ingin mati di sini! Bagaimana kau
tahu itu tidak dapat ditembus! "
Aku terhuyung-huyung beberapa langkah sebelum
berjalan ke arahnya dan memberinya tamparan yang keras di wajahnya, ia terdiam.
"Apakah kau ingin mati?" aku
menatapnya.
"Kami tidak sebodoh itu." Aku
berjalan, menyambar panci darinya dan berjalan kembali ke ruang tamu,
tertunduk.
Aku hampir lupa sudah berapa lama sejak semua
orang terdiam, seolah-olah itu sudah menjadi keabadian.
Seiring dengan berkurangnya waktu di countdown
timer itu sudah setengah jam berlalu, Junmyeon memutuskan untuk memecahkan
keheningan.
"Mari kita cari tempat yang gelap dan
remang-remang dan letakkan mereka disana." Dia menatap kepada mayat-mayat
berlumuran darah. Semua orang berdiri dan memulai pencarian tanpa tujuan. Seretan
kaki mereka membayang-bayangi kemampuan berbicara mereka.
"Ada ruang bawah tanah di sana."
Sehun membuka pintu dan berbalik untuk berbicara.
Ruang bawah tanah itu sekitar 2 lantai lebih
dalam, tidak ada lampu, dingin dan di ujungnya terdapat sebuah pintu yang
terkunci, tampak mirip seperti garasi. Junmyeon dan Kyungsoo membawa Jongdae
sementara Luhan dan aku mengangkat Minseok, menjelajahi jalan masuk.
Mebel-mebel tua disimpan di sisi-sisinya. Setengah jalan telah dilalui, aku
sepertinya telah menendang sebuah rak logam atau sejenisnya dan telah
membuatnya tergeser, tapi aku tidak menghiraukannya.
"Di mana kita akan meletakkan
mereka?" Tanya Kyungsoo.
"Sedalam yang kita bisa." Kata
Junmyeon.
Ketika aku keluar, aku melihat Yixing dan
Jongin berlutut dan mengelap noda darah. Semua orang kembali duduk, papan
hitung mundur memperlihatkan waktu: 46 jam 32 menit.
"Bagaimana?" Kata Jongin sambil
mengelap tangannya, seperti menanyai semua orang dan bahkan dirinya sendiri.
Melihat peraturan permainan yang terdapat di
dinding tidak berubah, "Mungkin," ini pertama kalinya aku gagap
ketika berbicara, "Kita harus, kita harus terbagi menjadi 2 tim."
Semua orang menatapku kemudian berbalik untuk
melihat Junmyeon. Sindiran macam apa ini, semua orang menyadarinya.
Aku menatapnya dengan ekspresi seolah-olah
bertanya bahwa ini adalah cara kerjanya.
Aku tidak tahu, mungkin ini seharusnya
dilakukan seperti itu? Dia mengembalikan tatapanku.
Apakah beradaptasi terhadap aturan adalah
satu-satunya cara untuk bertahan hidup? Aku menatapnya lagi.
Mungkin, bukankah kita sudah diajarkan hal itu
sejak kecil? Dia perlahan-lahan menurunkan pandangannya.
Setelah beberapa menit, ia mengangkat
kepalanya, mengalihkan pandangannya ke dua orang terdekat ke pintu, Yixing dan
Chanyeol.
"Mari kita bagi menjadi 2 kelompok."
Dia mengumumkan.
Dua orang berdiri diam dan berjalan menuju
pusat dari ruang tamu di mana ada dua karpet, satu hijau, satu biru.
Yixing yang berdiri di atas karpet biru
mengangkat kepalanya dan bertanya pada Chanyeol, "Siapa yang memilih
pertama?"
"Mari kita gunakan cara lama kita."
Chanyeol tersenyum dan berbicara.
Keduanya berhitung sampai tiga dan mengulurkan
tangan mereka bersama-sama. Memang, Yixing belum pernah beruntung bermain game
ini. Suit tangan.
Menatap kepada tim original K, Chanyeol
ragu-ragu selama 10 detik.
"Jongin." Katanya. Jongin berdiri
dari sofa dan berjalan ke sisinya, mereka tampaknya telah berjabat tangan di
belakang.
"Kris." Yixing berteriak ketika
Jongin sampai, seperti yang kuduga. Pada saat itu, aku melihat mata Luhan
meredup beberapa detik.
Aku berdiri tepat di samping Yixing, Jongin
menatap kami kosong dan menyebut nama yang membuat kami semua terkejut,
"Luhan." Aku merasakan tangan Yixing mencengkeramku seolah-olah
mengekspresikan sakit maagnya. Udara terasa begitu sesak, Luhan mengerutkan
dahi sesaat sebelum dia berdiri dan perlahan-lahan jalan di atas karpet. Aku
memandang Jongin dan hampir mengatakan, "Kenapa?"
Dia tidak menatapku balik tapi malah,
"Karena kau ingin kemenangan, tetapi tanpa Luhan, kau tidak akan
menang." Dia mengangkat dagunya, “Juga, aku tidak ingin salah paham dengan
hal-hal yang akan kau katakan dalam bahasa Cina nantinya."
Telah meremehkan ketenangan dan kejernihan
berpikirnya, aku menggelengkan kepala dan tersenyum padanya, berteriak,
"Oh Sehun, kemarilah!"
Original fanfiction written by 辛辛息息
English translation by heecups, flyingbacons and wasabilxx on twitter
Indonesian translation by DEERTORIA with citrahf and seoulofheart
This chapter was edited by citrahf and seoulofheart
Do not reupload, do not repost, respect
copyrights, and use proper credits if linking this post
Don't forget to leave some comments ^^
Don't forget to leave some comments ^^
one word WAWW..!!
BalasHapusI'm so curious the next chapter !
oh iya, ada beberapa kata yang terbalik jadi agak susah dimengerti :D
ditunggu ya .. next chapternya .. kita semua berusaha buat translate ke bahasa indonesia untuk exotic ...
Hapuskata2 yang terbalik yang mana? nanti kita jelasin
Sampai di chap 3 dan aku gak berernti degdegan, semudaj itu Minseok sama Jongdae mati, T>T
BalasHapushawanya mencekam banget pas baca, tapi tao kayanya hening banget kaga ada suaranya di chap ini ya?
BalasHapusnice!! ^^
BalasHapusmember exo jd dingin sifatnya
BalasHapusKeren^^b
BalasHapusSerius banget! Menegangkan sampai disini! Pas chapter sebelumnya belum kerasa.. Disini.... Aduh #deg #deg banget >.<
BalasHapusAigoo poor XiuChen :( dah say goodbye aja
Apa mayatnya Jongdae ama Minseok udah ditemukan sama polisi? Dan kok mereka malah niat gitu bersaingnya. Harusnya walau mereka berbeda tim, mereka tetap bersatu... Lanjut baca!
BalasHapusa....apa Jongdae sama Minseok ma...mati Ya Tuhan!!! ckckckck nih ff Daebak!!!!
BalasHapusDaebakk..
BalasHapusaku baru pertama kali baca dan Serius, ini ceritanya keren banget